- Oleh MC PROV GORONTALO
- Kamis, 24 Juli 2025 | 16:29 WIB
: Kegiatan lokakarya menjaga dan melestarikan warisan budaya bawah air Kota Tidore, bertempat di Aula Sultan Nuku, Kantor Wali Kota Tidore, Rabu (9/7/2025)/ Rizky.
Oleh MC KOTA TIDORE, Rabu, 9 Juli 2025 | 13:59 WIB - Redaktur: Jhon Rico - 184
Tidore, InfoPublik- Pemerintah Kota Tidore Kepulauan bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dan Flinders University Australia menyelenggarakan lokakarya menjaga dan melestarikan warisan budaya bawah air Kota Tidore, bertempat di Aula Sultan Nuku, Kantor Wali Kota Tidore, Rabu (9/7/2025).
Kegiatan ini bertajuk “Meninjau Kembali Situs Kapal Tenggelam yang Pernah Diangkat dan Dijarah di Indonesia dalam Kerangka Pengembangan Terintegrasi untuk Menjaga Warisan Budaya Bawah Air”.
Wakil Wali Kota Tidore Kepulauan, Ahmad Laiman menyampaikan bahwa Tidore memiliki sejarah penting yang dibuktikan melalui berbagai peninggalan historis dan arkeologis, baik di darat maupun di bawah laut.
Menurut dia, situs kapal tenggelam memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai ekowisata berbasis sejarah maritim dan arkeologi bawah air.
“Pariwisata di Tidore kini semakin berkembang. Tetapi, wisata penyelaman bawah air belum menjadi daya tarik utama, serta belum banyak berperan dalam kegiatan pariwisata, dikarenakan minimnya informasi mengenai spot-spot yang dapat dijadikan lokasi wisata selam. Minimnya pengetahuan tentang keberadaan situs kapal tenggelam, menjadikan kita tidak mengetahui besarnya potensi pengembangan situs tersebut untuk peningkatan kesejahteraan dan perekonomian daerah melalui wisata,” kata dia.
Menurut dia, Tidore dipilih sebagai lokasi utama kegiatan ini karena memiliki peran penting dalam sejarah Jalur Sutra dan Jalur Rempah Maritim, serta signifikansi global dalam peristiwa The First Circumnavigation of the Earth.
Ia berharap kegiatan lokakarya ini dapat menambah wawasan dan memberi manfaat nyata bagi pelestarian warisan budaya bawah laut di daerah.
Mewakili Balai Pelestarian Kebudayaan Maluku Utara, Irwansyah mengungkapkan bahwa upaya pelestarian situs budaya bawah air telah dilakukan sejak 2016.
Sedangkan 2025, Flinders University dan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XXI, akan melakukan ekskavasi di situs bawah air Soasio.
“Tujuannya adalah untuk mengungkap temuan, salah satunya yaitu indikasi bangkai kapal kayu di situs Soasio. Insyaallah, dengan kolaborasi bersama terkait situs bawah air, baik di Soasio maupun Tongowai, semakin bisa dikembangkan dan bermanfaat untuk masyarakat Tidore secara umum. Tahun kemarin kami juga sudah menetapkan empat cagar budaya, yaitu Situs Soasio, Situs Tongowai, temuan meriam Taparos, dan temuan meriam pasca pengangkatan tahun 2021,” jelas dia.
Sementara itu, Associate Professor dari Flinders University, Prof. Dr. Martin Polkinghorne, menyampaikan bahwa proyek ini merupakan bagian dari kerja sama antara Flinders University dan KKP, dalam rangka menilai kembali pentingnya warisan budaya situs kapal karam yang pernah diangkat secara komersial di Indonesia.
“Melalui Linkage Project Reuniting Orphaned Cargoes, ini bertujuan untuk melakukan penilaian kembali akan pentingnya warisan budaya situs kapal karam yang telah diangkat secara komersial dan pernah dijarah di Indonesia, serta untuk membuat strategi pengelolaan yang terpadu dan melibatkan seluruh pihak terkait untuk pengelolaan berkelanjutan warisan budaya bawah air di dalam kerangka lanskap budaya maritim,” terang dia.
Kegiatan ini menjadi langkah awal dalam memperkuat kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat dalam menjaga serta memanfaatkan potensi warisan budaya bawah laut secara berkelanjutan di Kota Tidore Kepulauan.
(tn/MC Tidore)