- Oleh MC KAB MALUKU TENGGARA
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 23:27 WIB
: Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman saat berdialog dengan pedagang sembako terkait stok beras SPHP di Pasar Rau, Seranhg, Banten. (Foto: Humas Kementan)
Oleh Ismadi Amrin, Minggu, 24 Agustus 2025 | 15:22 WIB - Redaktur: Kristantyo Wisnubroto - 37
Jakarta, InfoPublik - Saat serombongan petinggi negara menghampiri tokonya, semringah jelas tergambar dari raut wajah pria separuh baya itu. Tak ada kesan canggung, lugas ia menjawab pertanyaan yang diajukan padanya.
Sapaan Mendagri (Menteri Dalam Negeri) Tito Karnavian disambutnya dengan senyuman. Pun, saat Kepala Bapanas (Badan Ketahanan Pangan Nasional) Arief Prasetyo Adi bertanya, “Pak, namanya siapa?.” Langsung dijawab, ”Anies Fuadi.”
Pemilik Toko Beras Hasballah di Pasar Rau, Kota Serang, Banten, menjadi salah satu pedagang yang disinggahi pemerintah pusat dengan memantau langsung ketersediaan bahan pangan, Rabu (20/8/2025).
Anies menjelaskan aktivitasnya, sesekali menunjuk puluhan karung beras Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), baik yang bertumpuk di sisi dalam toko, ataupun yang ditaruh di satu bak dari lima deret bak kayu lain berisi beragam jenis beras curah.
Toko beras seluas 4 x 2,5 meter dirintisnya sejak 15 tahun silam. Semenjak kecil, Anies memang sudah terbiasa dengan lingkungan pasar. Kedua orangtuanya juga pedagang beras. Tapi, Anies muda pernah tak mau bekerja di pasar. Selepas kuliah dari jurusan sosial politik, tahun 1999, ia merantau ke Kalimantan Timur mencari peruntungan sebagai karyawan perusahaan tambang batubara.
Tahun berikutnya, ia menikahi gadis asli Kalimantan keturunan Suku Kutai-Banjar. Singkat cerita, 10 tahun kemudian, ketika sudah dianugerahi tiga putri, Anies merasa capek kerja di tambang.
Gayung bersambut, kebetulan orangtua memintanya pulang ke Serang meneruskan usaha dagang beras. Setelah meyakinkan istri dan anak-anak, sekeluarga mereka pindah ke Serang. “Saat itu putri sudah tiga orang, kalau yang bungsu lahir di Serang,” jelasnya.
Namun, alih-alih meneruskan usaha sang ayah, Anies malah membangun toko sendiri. Beruntung, cuan di kampung halaman ternyata lebih kinclong.
Dari berdagang beras, putri pertama dan keduanya selesai kuliah. Putri ketiga juga sedang Bersiap menghadapi sidang skripsi, dan si bungsu sudah di kelas 12, dipastikan kuliah tahun depan. “Yang namanya berkah itu enggak perlu banyak, yang penting alhamdulillah berkah,” katanya.
Keberkahan yang ia yakini ada sepanjang berusaha tidak melakukan yang dilarang. Ia menyayangkan ada perusahaan besar yang mempermainan harga gabah. Perusahaan itu, katanya, biasa memborong gabah petani, sehingga penggilingan lokal tak kebagian. Mereka lalu mengatur harga jual beras ke pedagang di pasar. Buntutnya, pasokan pedagang terganggu dan harga beras di tingkat konsumen bergejolak.
Kehadiran beras murah melalui Program SPHP, ujar Anies, sangat membantu masyarakat. Sejak Juli hingga akhir tahun ini, pemerintah menargetkan penyaluran SPHP dari stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) hingga 1,3 juta ton. Anies adalah satu dari sekian pedagang beras di Serang yang merasakan manfaat program itu.
Ia mengungkapkan, ketika SPHP terhenti beberapa bulan terakhir, masyarakat sempat sulit mencari beras. Harga beras lokal naik hingga Rp14.000 per kilogram. Sekarang, dengan adanya beras SPHP yang dijual dengan HET Rp12.500, harga beras lokal hanya di kisaran Rp13.000 per kilogram. “Harapan saya SPHP selalu kontinyu. Harapan saya pemerintah membuka selamanya untuk menyeimbangkan harga,” ujar Anies yang mengaku rata-rata pelanggannya kebanyakan adalah pemilik warung nasi.
Oplos Boleh, Asal…
Ada kebiasaan unik dari pemilik warung nasi, mereka biasanya sudah tahu atau terbiasa memadukan beberapa jenis beras. Semisal, pemilik warung Padang, akan mencampurkan beras Karawang yang pulen dengan Indramayu yang keras (pera). Pencampuran itu menghasilkan nasi dengan cita rasa mirip beras Solok, aslinya Nasi Padang. “Yang dari warung nasi itu biasanya membeli beras lokal, misalnya 10 kilo, lalu membeli juga SPHP paket 5 kilo, lalu dicampur sendiri,” jelas Anies.
Tak masalah mengoplos sejumlah varietas beras tertentu, asal itu memang keinginan dari pembeli. Hal tersebut juga dibenarkan Muhsin, sesama pedagang beras di Pasar Rau. Hanya saja, ujar pemilik Toko Beras AM Putra ini, jangan meminta pedagang yang melakukan pengoplosan. “Kalau ada yang ingin membeli beras yang dicampur, saya sarankan supaya beli saja SPHP ini satu karung, lalu beli juga beras yang lain, silakan campur di rumah. Jangan suruh saya yang mencampurnya, ini ngeri-ngeri sedap,” katanya.
Kengerian yang dimaksud ketika beberapa waktu lalu saat mencuatnya kasus beras oplosan, sempat banyak intel yang berkeliaran di pasar. “Kemarin banyak intel yang berpura-pura menjadi pembeli. Saya tahu ada beceng (pistol, red) di balik jaketnya,” ceritanya.
Muhsin sangat berhati-hati menjaga ketersediaan stok beras. Menurut pengamatannya, pangkal persoalan beras oplosan ini terjadi di pabrik penggilingan. “Saran saya supaya pedagang kalau membeli beras ke penggilingan, pilih yang memang sudah kenal. Beras dioplos di penggilingan, tapi pedagang yang kena imbasnya,” katanya.
Kehadiran beras SPHP bagi Muhsin sangat berarti, sebab ia tak lagi khawatir soal beras oplosan. “SPHP lebih laku dibanding beras lokal. Nebusnya pakai aplikasi, jadi jelas jual berapa, boleh nebus berapa. Pedagang dijatah dua ton per minggu, di toko saya rata-rata habisnya 10 harian,” katanya.
Kehadiran aplikasi pembelian SPHP pada dasarnya memang bertujuan untuk merapikan tata niaga CBP, agar benar-benar mampu menjadi pengaman ketersediaan stok beras di masyarakat. Menurut Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Prita Laura, pemerintah selalu berupaya merapikan sistem distribusi beras, termasuk penggunaan aplikasi SPHP bagi pedagang.
“Presiden bicara cukup lama tentang bagaimana kita mengelola ketahanan pangan. Yang teman-teman lihat ini adalah bagian dari proses bagaimana Presiden membenahi sistem dari hulu sampai hilir. Intinya bagaimana beras ada tersedia bagi masyarakat, karena itu bagian terpenting dari ketahanan pangan,” pungkas Prita.
Adapun, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyebutkan bahwa harga beras di 13 provinsi tercatat turun. Ia mengungkapkan bahwa operasi pasar beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) telah memberikan dampak positif terhadap penurunan harga beras tersebut.
“Alhamdulillah kita melihat operasi pasar SPHP yang sekarang penyaluran hariannya sudah 6.000 ton. Kita target naik 7.000 ton kemudian 10.000 ton per hari. Ini sudah berdampak baik menurunkan harga di 13 provinsi, mungkin sudah 15 provinsi sudah turun harga. Ini sangat baik untuk kita semua,” kata Mentan Amran.
Mentan Amran menerangkan bahwa operasi pasar ini akan berlangsung hingga Desember 2025 dengan total penyaluran 1,3 juta ton beras di seluruh Indonesia. Menurutnya, sinergi pemerintah dengan berbagai instansi termasuk TNI/Polri turut mempercepat stabilisasi harga.
Selain operasi pasar, Mentan Amran menjelaskan faktor lain yang dapat menurunkan harga beras. Ia menyebut peningkatan serapan gabah petani yang berdampak pada harga padi juga berdampak pada harga beras.
”Kami perhatikan serapan gabah meningkat dari 3.000 ton menjadi 6.000 ton per hari. Artinya, harga beras di hilir turun, dan serapan gabah di petani meningkat. Namun kita tetap menjaga agar harga gabah minimal sesuai HPP Rp6.500 per kilogram sehingga petani tetap sejahtera dan konsumen bisa tersenyum,” jelasnya.
Amran juga menekankan capaian penting lain yang patut disyukuri, yakni stok beras nasional yang melimpah hingga 4 juta ton. Kondisi ini jauh lebih baik dibanding tahun lalu ketika Indonesia masih harus mengimpor hingga 7 juta ton beras.
“Hari ini kita bisa penuhi kebutuhan sendiri tanpa impor. Ini pencapaian besar di tengah banyak negara lain yang justru kesulitan beras. Kita patut bersyukur, stok kita tinggi, harga mulai turun, dan tidak ada impor beras," tegasnya.
Selain itu, dirinya memastikan bahwa kelancaran produksi pangan dengan adanya panen di berbagai sentra produksi. Dengan skema HPP yang ditetapkan oleh pemerintah, para petani mendapatkan kepastian harga dan hal ini turut menstimulus produksi padi sepanjang tahun serta meningkatkan kesejahteraan petani. Oleh sebab itu, masyarakat tidak perlu khawatir, karena ketersediaan beras nasional sejatinya aman.
“Pemerintah bekerja keras memastikan kesejahteraan petani terjaga, sementara masyarakat memperoleh harga yang terjangkau. Dengan operasi pasar yang terus berlanjut, kami pastikan harga beras akan semakin turun dalam beberapa pekan ke depan. Dan masyarakat tidak perlu khawatir, ketersediaan beras kita aman, stok beras di Bulog tinggi, kita sedang gelontorkan, ditambah panen dimana-mana,” tukasnya.