:
Oleh MC KAB SORONG, Sabtu, 25 Februari 2023 | 09:36 WIB - Redaktur: Juli - 201
Aimas, InfoPublik – Penjabat Bupati Sorong Yan Piet Moso, atas nama Pemda dan masyarakat di daerah ini menyambut baik atas kunjungan dari tim Balai Bahasa Provinsi Papua.
Kunjungan ini merupakan salah satu bagian agenda pemerintah, dan lebih khusus di Kementerian Pendidikan Riset dan Teknologi RI.
Ia menjelaskan, agenda tadi merupakan silaturahmi biasa sebagai anak-anak bangsa. Pihaknya juga diskusi bersama hal apa saja yang harus dibuat untuk bangsa dan suku wilayah, sebagaimana yang disebutkan tadi dari teman-teman Balai Bahasa Provinsi Papua, terkait dengan revitalisasi bahasa daerah.
"Mengapa harus dilakukan revitalisasi bahasa. Indonesia dan kita di Papua mengalami dekradasi nilai budaya dan bahasa, jelas Moso, Jumat (24/2/2023)," katanya usai berlangsungnya pertemuan dengan tamu-tamu tersebut.
Lanjut dia, dengan adanya perkembangan transformasi dan modernisasi setiap perubahan-perubahan yang terjadi. "Katakan saja saya orang Papua pergi kuliah di Jawa misalnya, jika saya tahu bertutur bahasa Jawa, ketika pulang saya punya kebanggan tersendiri," ujarnya.
Tapi sebaliknya bahasa daerah sendiri direndahkan. Bahkan, menganggap tidak penting. "Terkadang juga anak-anak saya sendiri tidak diajarkan," ingat Moso.
Padahal menurutnya, betapa pentingnya bahasa daerah sendiri. Bahasa itu, sambungnya, merupakan sebuah identitas diri yang semestinya dijaga dan lestarikan atau kembangkan sebagai kekayaan modal yang besar, kekayaan bangsa, dan kekayaan di daerah.
“Sesungguhnya bahasa daerah itu merupakan salah satu bagian dari nilai- nilai budaya. Katakan, hari ini kita bicarakan pendidikan itu juga lahir dari budaya. Jadi, pertemuan tadi kami bicara agenda itu, terkait revitalisasi bahasa daerah, khususnya bahasa Moi. Karena bahasa Moi juga jumlah penuturnya ada hampir sekitar tiga atau empat bahasa.
Begitu juga di Kabupaten Maybrat meski satu bahasa daerah saja. Hanya yang membedakan dialeknya. Seperti halnya di Teminabuan, Kabupaten Sorong Selatan ada bahasa Tehit, bahasa Kokoda, bahasa Inanwatan dan masing-masing suku memiliki bahasa tersendiri.
Seperti, yang dijelaskan narasumber sebelumnya tadi bahwa di Papua ada sekitar 428 bahasa. Saya entah percaya atau tidak jumlah itu sangat banyak, katanya.
"Untuk itu, yang kita bangga hari ini seberapa jauh kita bisa mewariskan nilai kepada anak-anak generasi kita ke depan. Kita wariskan sebuah nilai identitas budaya sebagai simbol suku atau bangsa kita umumnya," ujarnya.
Moso kembali mengenangkan, saat dirinya berada di Negara Kanguru Australia, ada salah satu bule di sana tanyakan ‘pace kamu dari mana’? Tanpa basa basa basi lagi, langsung spontan saya menjawab, I’m from Indonesia.
Karena saya bangga sebagai orang atau anak Indonesia merupakan salah satu Negara yang hebat. Begitu juga ketika kita ke Jakarta, jelasnya bangga karena kita orang Papua atau anak Moi di sana.
Lanjutnya, saat ini juga sudah memiliki kamus bahasa Moi, sehingga berharap akan hadirnya semua elemen masyarakat menjadi titik awal bahwa betapa pentingnya revitalisasi bahasa daerah sebagai ciri khas kita di se-antero Nusantara ini.
"Tadi juga dari tim Balai Besar Bahasa Provinsi Papua sudah koordinasikan bahwa akan dilaksanakan Rakor revitalisasi bahasa daerah. Kita di Kabupaten Sorong siap menjadi tuan rumah Rakor yang akan digelar pada 15 Maret nanti di gedung Aimas Convention Center," tambahnya. (MC Kab. Sorong/rim)