Pemkab Belu Jaga Stok Pangan Jelang Ramadan

:


Oleh MC KAB BELU, Kamis, 9 Maret 2023 | 20:15 WIB - Redaktur: Wawan Budiyanto - 174


Belu, InfoPublik – Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Belu melakukan inspeksi mendadak (sidak) di sejumlah distributor sembako di Kota Atambua dan sekitarnya, Rabu (8/3/2023).

Sidak yang melibatkan OPD Teknis dan Polri tersebut dipimpin oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Belu, Marsianus Loe Mau.

Usai sidak, Marsi Loe mengatakan, Tim TPID telah melakukan sidak ke sejumlah distributor atau mitra pemerintah. Tim ini melibatkan unsur Polres, Perdagin, Bagian Ekonomi dan SDA, Pertanian, Peternakan dan Satpol PP.

“Sidak ini untuk memastikan ketersediaan stok 9 bahan pokok untuk dua bulan ke depan, karena dua minggu lagi sudah memasuki bulan suci ramadan, ini juga pemerintah memiliki tanggung jawab moril untuk menjaga ketersediaan stok pangan,” ungkap Marsi Loe.

Selain itu, pemerintah juga mengecek stabilitas harga, sebagai upaya untuk mengendalikan inflasi.

“Kegiatan ini sesungguhnya mau menunjukkan bahwa, baik dunia usaha, pemerintah dan masyarakat sama-sama menjaga kondisi ketersediaan pangan ini, karena tanggung jawab bersama untuk menjaga 227.886 penduduk Belu ini,” jelasnya.

Sehingga kemarin, sambung Marsi Loe, TIPD ditugaskan Bupati melalui Sekda untuk melakukan pengecekan ketersedian stok pangan.

“Saat kami melakukan pengecekan, ada beberapa provider yang kosong sama sekali, seperti beras dan minyak, dan itu sudah dua minggu. Sementara di Bulog ada 2.500 ton beras yang belum bisa keluar dari Surabaya, karena alasan cuaca dan izin kapal pesiar,” katanya.

Kendati demikian, salah satu penyedia mengaku kepada TPID bahwa, sejak kemarin sudah masuk lagi beras sebanyak 50 ton, sehingga untuk stok satu dua hari di pasar masih aman.

“Kita juga menemukan adanya pengusaha nakal, yang nantinya akan ditangani oleh aparat. Ketersediaan sembilan bahan pokok dan pengendalian harga ini sesungguhnya adalah hal kemanusiaan, karena itu menyangkut jiwa, sehingga kita tidak perlu berspekulasi dalam kondisi-kondisi seperti ini. Apalagi ini tanggung jawab bersama dan kita memiliki tujuan yang sama untuk menyelamatkan jiwa manusia yang ada di daerah ini. Jangan sampai ada yang mati hanya karena tidak makan,” ungkap Marsi Loe retoris.

Menyinggung fluktuasi harga sembako di pasar, Marsi Loe mengatakan, ketersediaan itu berkaitan erat dengan hukum permintaan dan penawaran.

“Seperti kemarin ada satu kontainer milik Panca Sakti yang tertahan di Takari, sedangkan dari Bulog ada 2.500 ton yang tertahan di Surabaya. Hal-hal seperti ini yang mempengaruhi terhadap fluktuasi harga. Hal itu juga terjadi pada komoditas lokal seperti bawang, dan cabe. Apalagi saat ini orang baru tanam,” jelas Marsi Loe.

Pemerintah berharap, masyarakat dapat memanfaatkan sisa-sisa musim hujan ini untuk memanfaatkan pekarangan dan lahan kebun yang ada. Sehingga ketika gagal panen, seharusnya harus ada tanaman pengganti,supaya kondisi ketahanan pangan di Belu tetap terjaga.

“Kita bisa ganti dengan tanaman umbi-umbian dan kacang-kacang. Hal ini yang harus dilakukan secara terus menerus oleh setiap warga Belu. Jangan sampai orang berpikir bahwa ketika beras tidak ada itu adalah pangan rawan, pada hal makanan pokok kita itu adalah jagung dan ubi. Biasanya orang membatalkan bahwa rawan pangan itu identik dengan beras, sehingga beras tidak ada, itu rawan pangan dan seharusnya kita kembalikan ke habitat kita,” terang Marsi Loe.

(Prokopimbelu).

 

-->