Menang Ora Ngasorake Kalah Ojo Mlete

:


Oleh MC KAB BLORA, Senin, 19 Februari 2024 | 14:29 WIB - Redaktur: Tobari - 413


Blora, InfoPublik - Euforia dinamika pesta demokrasi akbar masih terus bergema di masyarakat luas baik di tingkat elit maupun di arus bawah, tidak terkecuali di Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Hal itu disampaikan Ketua Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Kabupaten Blora Bambang Sulistya ketika mengapresiasi berita koran cetak yang dibeli dari loper depan kantor Bupati Blora, Senin (19/2/2024).

“Setelah sepedahan saya mampir loper koran yang berada di depan Kantor Pemda Blora untuk sekedar menikmati berbagai berita media koran cetak dan ngobrol recehan dengan para purna tugas yang masih gemar membaca berita koran,” kata Bambang Sulistya.

Tak sengaja dirinya ketemu dengan Sutikno yang gemar membaca berasal desa Temurejo Kecamatan Blora. Ia mantan petugas DPU Bina Marga Provinsi Jateng pensiun 2008 saat ini diusia 72 tahun masih aktif berolahraga sepeda kuno dan menjadi anggota Persatuan Wredatama Republik Indonesia(PWRI) Kelurahan Mlangsen.

“Sangat bersyukur pesta demokrasi berjalan lancar,aman,damai tanpa ada kecurangan dan tekanan dari siapapun. Bahkan pemilu tahun ini membuat masyarakatat terhibur dan puas karena mendapat mahar dari para caleg dan jagonya paslon Prabowo Gibran jadi pemenang berdasarkan hitungan cepat,” kata Sutikno

Meski demikian ia heran mengapa sampai saat ini sebagian para elit politik di tingkat pusat masih mendalilkan bahwa Pemilu 2024 khususnya dalam Pilpres penuh rekayasa dan kecurangan.

“Tentu saja, sangat berharap semoga persatuan kesatuan bangsa Indonesia masih tetap kukuh dan utuh,” ucapnya.

Sementara Masturi purna tugas dari DPU Kabupaten Blora tahun 2012 yang berasal dari Nglawiyan Kelurahan Karangjati yang saat ini menjadi anggota PWRI Kelurahan Karangjati dan mengelola rumah makan Ayam Goreng Tulang Lunak Solo juga ikut memberi pendapat kalau memang ada pelanggaran laporkan saja ke Bawaslu dengan bukti yang dapat dipertanggung jawabkan.

“Kalau hasilnya dari Bawaslu belum memuaskan gugat saja ke MK jangan malah memprovokasi masyarakat yang sudah adem ayem menjadi bingung dan dapat menciptakan keadaan yang kurang kondusif,” kata Masturi.

Lain halnya ungkapan dari dari Suntoro pensiunan Kodim 2004, pernah nyalon Kepala Desa Sembongin Kecamatan Banjarejo. Ia pendukung berat paslon Prabowo Gibran. Dengan nada tinggi dan tegas menyatakan orang berkompetisi dalam pemilihan level apapun harus siap menang dan siap kalah. Menang ojo ngasorake kalah ojo mlete.

Diperlukan sikap Satria bukan sikap pecundang  yang kalau kalah pasti menyiapkan sajian kabing hitam dengan berbagai bumbu bumbu narasi bahwa pemilu telah terjadi kecurangan, penyimpangan, anomali dan adanya pelanggaran secara TSM (Terstruktur, Sistimatik dan Masif) yang meyakinkan bagi pemirsa yang bimbang dan kurang paham.

“Saya sebagai pendengar yang baik ketika menerima ungkapan tersebut dan mencoba untuk menurunkan tensi agar pembicaraan yang mulai menghangat tetap teduh dan terkendali serta memberi rujukan positif,” sahut Bambang Sulistya.

Kita tentu wajib bersyukur walaupun sejak hitungan cepat itu diumumkan dari berbagai lembaga survei yang kredibel pasangan Prabowo Subianto Gibran Rakabuming Raka dinyatakan sebagai pemenang pilpres 2024 sekali putaran dengan nilai perolehan 58 persen.

“Belum ada pernyataan dari paslon 01 maupun 03 tentang hasil hitung cepat tersebut tetapi sudah secara terbuka menyatakan bahwa mereka masih menunggu hasil hitungan real count dari KPU. Apapun hasilnya tetap akan menghormati,” tuturnya.

Sebagai catatan berdasarkan unggahan data real count hasil hitung suara Pilpres 2024 KPU.Pada Minggu(18/2/2024) pukul 19.30. suara yang masuk sudah mencapai 66.61 persen atau 548.354 dari 823.236 TPS di seluruh Indonesia.

Pasangan Prabowo Gibran meraup suara 49.747.461 (57,95%), paslon 01 Anies Muhaimin mendapat 21.013.738(24,48%) dan paslon 03 Ganjar Mahfud memperoleh 15.084.928 (17,57%).

Sementara berpegang pada pengalaman hitung cepat yang telah dirintis dan dipublikasikan pertama kali oleh Lembaga Penelitihan, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) pada pemilu 2004 sampai pemilu 2019 menunjukkan hasil quick count dapat dipercaya dengan tingkat akurasi tinggi. Bahkan menurut Litbang Kompas yang selama ini sudah 16 kali menyelenggarakan hitung cepat ternyata hasilnya memiliki selisih hanya dibawah 1% dari hitungan resmi KPU.

Selama ini hitung cepat memiliki peran yang penting dalam memberi gambaran hasil pemilu kepada masyarakat secara cepat dan akurat. Selain itu juga berperan penting dalam memantau proses perhitungan suara.

“Logis kalau hitung cepat menjadi primadona pasca pemungutan suara yang diyakini kebenaran hasilnya. Semoga uneg-uneg jalanan mampu memberi pencerahan dan kesabaran untuk menunggu hasil perhitungan resmi dari KPU,” ucapnya. (MC Kab. Blora/Guh/toeb).

 

-->