- Oleh MC KAB SLEMAN
- Senin, 23 Juni 2025 | 15:20 WIB
:
Oleh MC KAB SLEMAN, Selasa, 25 Maret 2025 | 11:25 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 217
Sleman, InfoPublik – Di tengah ancaman krisis air bersih akibat eksploitasi air tanah yang berlebihan, Sekolah Air Hujan (SAH) Banyu Bening menawarkan solusi ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan air hujan sebagai sumber utama air bersih.
SAH Banyu Bening yang didirikan oleh Sri Wahyuningsih pada tahun 2019 telah mengembangkan sistem pemanenan dan penyaringan air hujan yang efisien, praktis, dan terjangkau. Air hujan ditampung melalui sistem atap bangunan, dialirkan ke bak penampungan, dan disaring melalui lapisan pasir, kerikil, arang aktif, serta biofilter, hingga layak untuk dikonsumsi.
Pendiri SAH Banyu Bening, Wahyuningsih, menegaskan pentingnya mengubah pola pikir masyarakat terhadap air hujan. Menurutnya, Indonesia memiliki curah hujan tinggi, tetapi masih menghadapi krisis air bersih karena buruknya manajemen.
“Bukan karena kurangnya air, tapi karena kurangnya pengelolaan yang baik,” ujar Wahyuningsih di Tempursari, Kabupaten Sleman pada Selasa (18/3/2025).
Melalui program edukasi, SAH Banyu Bening terus berupaya meningkatkan kesadaran generasi muda tentang pentingnya pelestarian siklus air dan pengelolaan sumber daya air secara bijak. Sekolah ini juga merancang teknologi panen air hujan yang mudah diterapkan di rumah-rumah warga, dengan biaya yang terjangkau.
Dengan konsep sederhana namun efektif, SAH Banyu Bening membuktikan bahwa air hujan bisa menjadi solusi nyata untuk mengatasi krisis air bersih, sekaligus mendidik masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan.
(Adnan Nurtjahjo|KIM Pararta Guna Gamping)