: Berikan Motivasi, dr. Evariani Sebut Inklusi Jadi Kunci Libatkan Difabel dalam Pembangunan Kota
Oleh MC KOTA PROBOLINGGO, Sabtu, 19 April 2025 | 21:42 WIB - Redaktur: Juli - 219
Kanigaran, InfoPublik -Komitmen mewujudkan Kota Probolinggo sebagai Kota Inklusif terus digaungkan oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kota Probolinggo, Evariani.
Hal ini disampaikan saat ia hadir dalam pelatihan Perspektif GEDSI (Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial) yang diikuti Forum Sahabat Disabilitas se-Kota Probolinggo, bertempat di Aula Kelurahan Curahgrinting, Kecamatan Kanigaran, Kamis (17/4/2025).
Sebanyak 60 peserta dari Kelompok Disabilitas Kelurahan (KDK) mengikuti kegiatan ini dengan antusias. Dalam sambutannya, Evariani yang akrab disapa “Bunda Inklusi” menyampaikan pesan motivatif yang kuat agar para difabel percaya diri dan mengambil peran nyata dalam pembangunan.
“Kamu tidak didefinisikan oleh keterbatasanmu, tapi oleh semangatmu untuk terus maju,” tegasnya.
Menurutnya, ini merupakan pertemuan awal, mendengarkan dan merespons aspirasi dari komunitas difabel agar lebih terlibat dalam membangun Kota Probolinggo. Karena inklusi itu kunci, sehingga difabel harus ikut membangun Kota Probolinggo.
Ketua Forum Sahabat Disabilitas, Andi menyampaikan bahwa komunitas difabel tidak ingin hanya menjadi penerima manfaat dari program pemerintah, melainkan juga ingin berkontribusi secara aktif.
“Meskipun kami punya keterbatasan, bukan berarti kami tidak punya potensi. Pemerintah harus memberi ruang, dan kami siap mengisinya,” ujar Andi.
Sementara itu, Dadang, perwakilan difabel dari Kelurahan Jati, menyampaikan inisiatif pembentukan forum serupa di wilayahnya.
Ia menyoroti pentingnya akses pelatihan yang lebih luas dari dinas terkait, karena saat ini masih terbatas hanya di Balai Latihan Kerja (BLK).
“Kami sudah koordinasi dengan Lurah Jati, tinggal menunggu support dari dinas. Kami harap pelatihan untuk difabel bisa lebih terbuka,” kata Dadang.
Cerita inspiratif juga datang dari Bapak Nur Hasan yang memiliki dua anak tunanetra. Keduanya telah menunjukkan bakat luar biasa dalam bidang dakwah, seni, serta hafalan Al-Qur’an. Ia berharap anak-anaknya dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi di bidang Pendidikan Luar Biasa (PLB) atau Tarbiyah di Perguruan Tinggi di Kota Probolinggo.
Menanggapi aspirasi tersebut, Evariani mendorong pembentukan komunitas aktif sebagai langkah awal untuk membuka akses lebih luas.
“Jika komunitasnya aktif, kami bisa bantu jembatani dengan dinas, bahkan dilatih jadi kader inklusi. Bukan pencitraan, ini soal pemberdayaan. Kalau komunikatif, bisa kita latih jadi motivator,” ujar istri Wali Kota Probolinggo, Aminuddin ini.
Ia juga menegaskan bahwa kelompok lansia udzur termasuk dalam kategori disabilitas, dan jika masih produktif, mereka dapat diberdayakan sebagai penggerak dalam komunitas. Bahkan, kegiatan inklusif ke depan bisa dikembangkan melalui lomba keterampilan difabel seperti menyanyi, musik, melukis antarkota, hingga olahraga seperti bola netra. Lomba ini bisa menjadi ajang pengembangan skill dan kolaborasi antara kota dengan dukungan PPDIS.
“PKK harus punya sensitivitas terhadap difabel, tidak boleh lagi merasa berbeda. Saya ingin masyarakat juga bisa beradaptasi. Jika ada komunitas difabel yang berprestasi, kita akan bantu publikasi melalui Kominfo,” tambahnya.
Ia juga memberikan apresiasi kepada Kelurahan Curahgrinting yang sudah melibatkan KDK secara aktif, termasuk dalam peningkatan PAD Kota melalui pendampingan pembayaran PBB oleh difabel. “Justru tangan-tangan seperti inilah yang memberi kontribusi riil dalam pembangunan,” pungkasnya.
Kegiatan ini juga dihadiri oleh Luluk Aryyantini, Ketua Pelopor Disabilitas Situbondo (PPDIS) yang memimpin program Solidair Inklusi, hasil kolaborasi Pemerintah Indonesia dan Australia. Program ini hanya dijalankan di Kota Probolinggo dan Kabupaten Situbondo sejak tahun 2022.
“Saya melihat Bunda Inklusi sangat kooperatif. Saatnya difabel menunjukkan kapasitas dalam merencanakan hingga mengevaluasi pembangunan yang inklusif,” kata Luluk.
Luluk juga menambahkan terkait pertanyaan salah satu orang tua yang punya anak difabel tadi. Jika pendidikan PLB tersedia di UNESA tersedia hingga jenjang S2, bahkan ada juga perguruan tinggi sudah memiliki fasilitas pendampingan untuk mahasiswa difabel.
Sementara itu, perwakilan dari Bappeda Kota Probolinggo menginformasikan bahwa Institut Ahmad Dahlan bisa menjadi alternatif pendidikan jurusan Tarbiyah yang diinginkan. Dari sisi pemberdayaan ekonomi, difabel juga bisa terlibat dalam pengumpulan sampah organik untuk disetorkan ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH), yang kemudian dimanfaatkan oleh BJBR dalam budi daya maggot untuk pupuk.
Acara ditutup dengan semangat kebersamaan dan tekad untuk terus mengangkat potensi difabel agar tidak hanya setara dalam hak, tetapi juga berdaya dan aktif dalam proses pembangunan. (yul/pin)