- Oleh MC KOTA PONTIANAK
- Kamis, 28 Agustus 2025 | 15:52 WIB
: Forum Knowledge Sharing Series ‘Water Management and Water Treatment’ | Foto : MC Pontianak
Oleh MC KOTA PONTIANAK, Jumat, 16 Mei 2025 | 08:19 WIB - Redaktur: Untung S - 346
Pontianak, InfoPublik – Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menyuarakan keprihatinan serius atas degradasi kualitas air Sungai Kapuas, sumber air baku utama bagi PDAM Tirta Khatulistiwa.
Dalam Forum Diskusi Knowledge Sharing Series bertema Water Management and Water Treatment yang digelar Universitas Panca Bhakti (UPB) Pontianak bersama Universiti Malaysia Sarawak (UNIMAS), Kamis (15/5/2025), Edi membeberkan ancaman multidimensi yang mengintai sungai terpanjang di Indonesia itu.
"Sungai Kapuas menghadapi tekanan berat dari aktivitas manusia. Mulai dari limbah perkebunan sawit, PETI, hingga mikroplastik yang kini mencapai tingkat mengkhawatirkan," tegas Edi di Ruang Sidang Rektorat UPB.
Ia mengungkapkan, penelitian terbaru menunjukkan kandungan mikroplastik di perairan Pontianak telah mendekati ambang rawan. "Plastik tidak pernah benar-benar hilang, hanya terurai menjadi partikel kecil yang mencemari ekosistem secara permanen," tambahnya.
PDAM Tirta Khatulistiwa saat ini memang mampu memproduksi air bersih, namun Edi mengakui air tersebut belum layak dikonsumsi langsung tanpa dimasak terlebih dahulu. "Kebocoran pipa distribusi dan kontaminasi sekunder membuat kami tidak bisa menjamin higienitas air hingga ke keran masyarakat," jelasnya.
Situasi ini semakin pelik karena ketergantungan PDAM pada Sungai Kapuas sebagai satu-satunya sumber air baku utama.
Ancaman terhadap sungai ini datang dari berbagai penjuru. Limbah pupuk dari perkebunan sawit yang terbawa aliran sungai, merkuri dari aktivitas Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI), serta limbah domestik dan industri turut memperburuk kualitas air.
"Kami tidak bisa bergantung pada air tanah karena kandungan besi dan kapurnya yang tinggi. Sungai Kapuas adalah harapan terakhir kami," ungkap Edi.
Forum diskusi itu diharapkan mampu menghasilkan rekomendasi konkret untuk manajemen air berkelanjutan. "Kami butuh solusi terintegrasi, mulai dari pengendalian pencemaran hingga teknologi pengolahan air yang lebih maju," pungkas Wali Kota.
Tanpa intervensi segera, ancaman krisis air bersih di Kota Pontianak yang berpenduduk hampir 700 ribu jiwa ini bisa menjadi kenyataan pahit dalam waktu dekat. (prokopim/Jemi Ibrahim)