- Oleh MC KAB MALUKU TENGGARA
- Selasa, 27 Mei 2025 | 13:33 WIB
: Pdt. Jack Manuputty melayani Sakramen Baptisan Kudus kepada anak Junus Laritmas
Oleh MC KAB KEPULAUAN TANIMBAR, Senin, 19 Mei 2025 | 16:25 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 425
Saumlaki, InfoPublik – Ketua Majelis Pekerja Harian (MPH) Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Jacklevyn Frits Manuputty, memimpin kebaktian Minggu di Jemaat Gereja Protestan Maluku (GPM) Lermatang, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Minggu (18/5/2025).
Dalam khotbahnya, ia menyoroti pentingnya membangun ketahanan rumah tangga di tengah dinamika perubahan sosial dan ekonomi yang kian kompleks.
Manuputty menegaskan bahwa tema rumah tangga menjadi fokus utama PGI dalam lima tahun terakhir. Ia menyebut bahwa kerapuhan dalam struktur keluarga menjadi salah satu krisis besar, berdampingan dengan krisis kebangsaan dan lingkungan. Salah satu faktor pemicu utama ialah modernitas dan kemajuan teknologi yang berdampak langsung pada nilai-nilai keluarga.
“Tantangan modernitas, teknologi, ekonomi, semuanya mengguncang hingga ke inti rumah tangga. Tingginya angka kekerasan dalam rumah tangga menjadi bukti nyata,” ujarnya.
Merujuk pada data Kementerian Kesehatan, Manuputty menyebutkan bahwa sekitar 30 persen anak muda mengalami gangguan mental, dengan angka bunuh diri yang mengkhawatirkan. Ia juga mengkritisi pola hidup konsumerisme yang makin mengakar di masyarakat.
Dalam konteks lokal, Manuputty mengaitkan pentingnya kesiapan masyarakat menghadapi pengoperasian proyek Blok Masela yang digarap oleh Inpex, Pertamina, dan Petronas. Ia menekankan perlunya refleksi mendalam dari gereja, pemerintah desa, dan orang tua terkait masa depan generasi muda desa Lermatang.
“Kita jangan hanya berimajinasi soal lahan yang bisa dijual. Harus dibayangkan bagaimana anak-anak kita menghadapi perubahan ini. Kita harus menyiapkan karakter yang kuat dan kompeten sejak dari rumah,” tegasnya.
Ia mengingatkan bahwa jika masyarakat tidak siap, maka potensi sumber daya alam bisa menjadi kutukan, bukan anugerah. “Tanah bisa tergadaikan, masyarakat lokal bisa tersingkir jika tidak punya keahlian,” ujarnya.
(MC Kab. Kepulauan Tanimbar/Wind).