- Oleh MC KAB SUMENEP
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 00:08 WIB
:
Oleh MC KAB SUMENEP, Senin, 26 Mei 2025 | 13:44 WIB - Redaktur: Pasha Yudha Ernowo - 159
Sumenep, InfoPublik — Suara sirene ambulans yang biasa terdengar di jalanan kerap diidentikkan dengan kondisi darurat dan rasa takut, terutama di kalangan anak-anak. Namun, hal itu justru ingin diubah oleh SDN Bunpenang III Kecamatan Dungkek melalui kegiatan edukatif bertajuk Sosialisasi Alat Transportasi Kesehatan Ambulans, Senin (26/5/2025).
Menggandeng Puskesmas Dungkek sebagai narasumber dan menghadirkan peserta dari PAUD Wali Songo, kegiatan ini bertujuan mengubah perspektif anak-anak terhadap ambulans menjadi lebih positif—bahwa ambulans bukan hal yang menakutkan, melainkan alat penyelamat yang sangat penting.
“Kami ingin anak-anak memahami bahwa ambulans itu bukan pertanda bahaya, tetapi alat untuk menyelamatkan nyawa. Edukasi ini juga menjadi bagian dari pembelajaran tematik dan penguatan karakter,” ujar Kepala SDN Bunpenang III, Moh. Ramli.
Kegiatan berlangsung interaktif. Petugas dari Puskesmas Dungkek memperkenalkan isi dan fungsi berbagai peralatan di dalam ambulans. Anak-anak diajak melihat langsung tandu, oksigen, dan peralatan medis dasar, bahkan diberikan simulasi sederhana tentang penanganan pertama dalam kondisi darurat.
“Melalui pendekatan langsung seperti ini, anak-anak lebih mudah memahami fungsi ambulans, sekaligus menumbuhkan empati dan kepedulian terhadap sesama,” jelas Aan, Petugas Kesehatan Lingkungan Puskesmas Dungkek.
Menurut Imam, Ketua Yayasan PAUD Wali Songo sekaligus Perangkat Desa Bunpenang, kegiatan ini menjadi momen penting untuk merangsang rasa ingin tahu dan keberanian anak-anak terhadap hal-hal baru yang berkaitan dengan dunia nyata, terutama dalam konteks kesehatan.
“Siswa kami sangat antusias. Mereka bertanya, mencoba, dan tidak lagi takut melihat ambulans. Ini bagian dari pendidikan yang kontekstual dan menyenangkan,” kata Imam.
Kegiatan ini tak hanya berorientasi pada pengetahuan semata, tetapi juga menjadi bentuk kolaborasi positif antara sekolah, layanan kesehatan, dan masyarakat desa. Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong gerakan promotif dan preventif di bidang kesehatan sejak usia dini.
“Kami berharap ke depan bisa terus menjalin kerja sama serupa untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kesadaran hidup sehat di kalangan siswa,” tutup Ramli.
Melalui kegiatan seperti ini, SDN Bunpenang III membuktikan bahwa edukasi kesehatan tidak harus rumit. Cukup dengan pendekatan kreatif, edukatif, dan melibatkan anak secara langsung, rasa takut bisa berubah menjadi pengetahuan—dan pengetahuan menjadi kebiasaan hidup sehat. (Ron/Han/Fer)