Batang Tingkatkan Perlindungan Sosial Nelayan melalui Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan

: Kepala Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang Batang Haryo Wicaksono Yudho Prabowo (ketiga kanan), kembali menyerahkan klaim JKM di Kantor HNSI Batang.


Oleh MC KAB BATANG, Sabtu, 14 Juni 2025 | 09:52 WIB - Redaktur: Untung S - 268


Batang, InfoPublik – Kepala Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang Batang Haryo Wicaksono Yudho Prabowo menyerahkan santunan Jaminan Kematian (JKM) sebesar Rp224 juta untuk ahli waris Yuli Setyo Ningrum dan Rp70 juta untuk Dayonah, janda nelayan yang meninggal saat bekerja di laut.

Penyerahan santunan yang disertai beasiswa pendidikan bagi anak-anak nelayan tersebut dilakukan di Kantor Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Batang, Jumat (13/6/2025), sebagai upaya konkret meningkatkan kesadaran akan pentingnya perlindungan sosial bagi nelayan.

"Pemberian santunan ini merupakan wujud tanggung jawab negara melalui BPJS Ketenagakerjaan kepada pekerja, termasuk nelayan kecil," tegas Haryo Wicaksono.

Meski demikian, ia mengakui tantangan besar yang dihadapi dengan masih rendahnya partisipasi nelayan dalam program BPJS Ketenagakerjaan. Saat ini, baru sekitar 5.000 dari total 10.000 nelayan di Batang yang terdaftar sebagai peserta, dengan mayoritas nelayan kecil yang belum tersentuh program ini.

Ketua HNSI Batang Teguh Tarmujo menjelaskan akar masalahnya terletak pada rendahnya kesadaran nelayan kecil. "Banyak nelayan tradisional yang beroperasi tanpa surat izin berlayar dan tidak melapor ke Syahbandar Perikanan, sehingga sulit terjangkau program sosialisasi," ujarnya.

Padahal dengan iuran Rp16.800 per bulan, nelayan bisa mendapatkan manfaat JKM senilai Rp42 juta dan Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), termasuk beasiswa pendidikan bagi anak.

BPJS Ketenagakerjaan dan HNSI merancang strategi khusus untuk menjangkau nelayan kecil mulai dari edukasi intensif melalui pertemuan rutin di pelabuhan dan pangkalan nelayan, sosialisasi door-to-door dengan pendekatan budaya setempat, kolaborasi dengan tokoh masyarakat dan pemuka agama serta, demonstrasi manfaat nyata melalui kisah penerima santunan.

"Kami ingin nelayan memahami prinsip 'sedia payung sebelum hujan'. Profesi nelayan memiliki risiko tinggi, sehingga perlindungan sosial menjadi kebutuhan mendasar," tegas Teguh.

Upaya itu sejalan dengan program pengentasan kemiskinan dan penciptaan kesejahteraan berkelanjutan di Batang. (MC Batang, Jateng/Jumadi/Sri Rahayu)

 

Berita Terkait Lainnya

-->