:
Oleh MC PROV KALIMANTAN BARAT, Kamis, 26 Juni 2025 | 21:26 WIB - Redaktur: Untung S - 210
Pontianak, InfoPublik – Ruang kerja Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) menjadi saksi sebuah pertemuan strategis yang bisa mengubah wajah daerah ini di mata dunia. Rabu (25/6/2025), Gubernur Ria Norsan menerima audiensi panitia Equator Architecture Forum (EAF) 2025, forum arsitektur nasional yang direncanakan digelar di Kota Pontianak dan diharapkan menjadi jendela bagi dunia untuk melihat kekayaan arsitektur dan budaya Kalimantan Barat.
Dalam presentasi yang penuh semangat, panitia EAF 2025 memaparkan visi besar forum ini sebagai platform pertemuan para arsitek, akademisi, dan praktisi tata ruang dari seluruh Indonesia.
"Forum ini bukan sekadar acara seminar biasa. Kami ingin menjadikannya sebagai ajang eksplorasi arsitektur khatulistiwa yang khas, sekaligus memperkenalkan solusi tata ruang berkelanjutan berbasis kearifan lokal Kalbar," jelas Ketua Panitia EAF 2025, Aditya Warman.
Gubernur Ria Norsan menyambut antusias rencana tersebut. Dengan mata berbinar, ia menegaskan komitmen Pemprov Kalbar untuk mendukung penuh acara ini. "EAF 2025 adalah kesempatan emas kita. Pontianak sebagai kota khatulistiwa memiliki kekhasan arsitektur yang tak ditemukan di tempat lain, mulai dari rumah betang hingga bangunan kolonial. Semua ini layak diperkenalkan ke tingkat nasional bahkan internasional," ujar Gubernur.
Forum yang rencananya akan menghadirkan 500 peserta dari berbagai daerah ini diharapkan bisa menjadi katalisator perkembangan sektor terkait di Kalbar. Tidak hanya arsitektur, tetapi juga pariwisata dan ekonomi kreatif.
"Kami sudah menyiapkan paket tur arsitektur yang akan membawa peserta melihat langsung ikon-ikon bangunan bersejarah dan kontemporer di Pontianak," tambah Aditya.
Yang menarik, EAF 2025 tidak hanya berfokus pada diskusi teoritis. Panitia menyiapkan serangkaian kegiatan praktis seperti workshop pembuatan mock-up arsitektur tradisional Dayak, lomba desain bangunan ramah lingkungan, serta pameran material konstruksi lokal.
"Kami ingin menunjukkan bahwa arsitektur Kalbar tidak kalah inovatif, sekaligus mempromosikan produk lokal kepada calon investor," papar Aditya.
Gubernur Ria Norsan juga menekankan pentingnya aspek kebudayaan dalam forum ini. "Arsitektur kita adalah perpaduan unik antara modernitas dan tradisi. Rumah panjang Dayak, misalnya, bukan sekadar bangunan tapi representasi filosofi hidup masyarakat. Inilah yang harus kita angkat," tegasnya.
Dengan dukungan penuh Pemprov Kalbar, EAF 2025 diharapkan bisa menjadi ajang tahunan yang menempatkan Pontianak sebagai pusat diskusi arsitektur khatulistiwa. "Ini baru awal. Kami berharap forum ini bisa menjadi trigger untuk mengembangkan Pontianak sebagai living lab arsitektur tropis yang diakui dunia," tutup Gubernur penuh harap. (adpim)