Dimikian pernyataan itu disampaikan dari Perencana Ahli Madya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Timur, Judi Aquarianto, dalam kegiatan Rembuk Stunting Kabupaten Tuban tahun 2025 yang dihelat di Pendapa Krida Manunggal Tuban, Kamis (26/6/2025).
Menurut Judi, sapaannya, perguruan tinggi dengan sumber daya akademik dan riset yang dimilikinya, mampu berperan aktif dalam mendukung program pencegahan dan percepatan penanganan stunting, khususnya di tingkat kabupaten. Namun, dampak optimal baru dapat dicapai jika peran ini dilakukan melalui kolaborasi yang baik dengan pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya.
Kolaborasi antara perguruan tinggi dan pemerintah daerah dalam pencegahan serta percepatan penanganan stunting tidak hanya penting, tetapi juga mendesak. Dengan menggabungkan kekuatan riset, pengabdian masyarakat, dan pelatihan, perguruan tinggi dapat menjadi mitra strategis yang mempercepat terwujudnya generasi sehat dan berkualitas.
Peran kolaborasi perguruan tinggi dimaksud antara lain melakukan kajian faktor penyebab stunting spesifik wilayah serta menyediakan data dan hasil riset untuk dasar kebijakan kabupaten, sehingga bisa memberikan rekomendasi dari hasil kajian atau penelitian dalam penanganan stunting. Selain itu, program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Stunting bisa menjadi sarana transfer ilmu langsung kepada masyarakat.
Ia menekankan implementasi praktik baik dalam penanganan percepatan penurunan stunting di tingkat wilayah dapat dilakukan dengan edukasi dan promosi kepada masyarakat melalui pendekatan keluarga.
Kerja sama perguruan tinggi dengan lembaga terkait menjadi hal yang penting. Dengan kolaborasi yang berkelanjutan, maka target nasional penurunan stunting akan sangat mungkin tercapai.
“Jangan sampai meninggalkan perguruan tinggi. Harus selalu bergandengan tangan. Kebijakan dari perguruan tinggi yang bisa melaksanakan berbagai praktik baik dalam upaya pencegahan dan percepatan penurunan stunting juga harus disambut dengan baik,”tambahnya. (yeni dh/hei/eyv)