: Lurah Prosel Fariz Mukti (kedua kanan), memberikan sambutan sebelum memberangkatkan Pawai Ta'aruf Gebyar Muharam di Dracik Kampus, Prosel, Kabupaten Batang.
Oleh MC KAB BATANG, Sabtu, 28 Juni 2025 | 07:26 WIB - Redaktur: Untung S - 68
Batang, InfoPublik – Jalan utama Kelurahan Proyonanggan Selatan (Prosel) di Kabupaten Batang, Jawa Tengah menjelma menjadi galeri hidup penuh warna Jumat (27/6/2025) malam. Sebanyak 2.000 warga dari lima RW bergerak bersama dalam Pawai Ta'aruf Gebyar Muharam, menyambut Tahun Baru Islam 1447 Hijriah dengan meriah.
Tak sekadar pawai biasa, acara ini menjadi kanvas raksasa yang memadukan replika Ka'bah megah, naga liong berwarna-warni, hingga miniatur masjid yang dibawa dengan penuh semangat.
Lurah Prosel Fariz Mukti tak bisa menyembunyikan kebanggaannya. "Ini pertama kalinya kami menyelenggarakan acara sebesar ini," ujarnya sambil menunjuk ke arah rombongan RW 2 yang sedang membawa replika Ka'bah setinggi 3 meter.
Setiap RW menampilkan ikon unik: RW 5 dengan masjid mini, RW 4 membawa obor raksasa, RW 3 mengusung Al-Qur'an raksasa, RW 2 dengan Ka'bah, dan RW 1 menampilkan bedug raksasa. "Yang paling istimewa, ada naga liong dari komunitas Tionghoa setempat yang ikut meramaikan," tambah Fariz dengan mata berbinar.
Suasana semakin hidup ketika peserta pawai mulai bergerak menyusuri rute sepanjang 2 kilometer. Warga RT 3 RW 3, Wawan, dengan semangat menjelaskan konsep kelompoknya: "Kami menampilkan sosok kiai yang sedang membaca Al-Qur'an dengan setan yang terbakar di sekitarnya. Ini simbol kemenangan kebaikan atas keburukan," terangnya sambil menyesuaikan topi kiai yang dikenakannya.
Di tengah kerumunan, terlihat seorang nenek berusia 70 tahun, Mbah Siti, ikut serta dengan mengenakan kostum malaikat. "Saya pingin merasakan kebersamaan ini. Lihatlah, anak muda sampai orang tua semua kompak," ujarnya sambil tersenyum.
Tak ketinggalan, anak-anak kecil dengan pakaian adat Jawa dan baju muslim warna-warni turut meramaikan, membawa spanduk bertuliskan "Selamat Tahun Baru Islam 1447 H".
Ketua Panitia Sukirman menjelaskan filosofi di balik acara ini. "Pawai ini adalah metafora hijrah kita bersama - dari ketidakharmonisan menuju persatuan," katanya.
Panitia menyiapkan hadiah Rp2,5 juta untuk peserta terbaik, namun semua sepakat bahwa hadiah terbesar adalah kebersamaan yang tercipta.
Pawai yang berakhir di Jalan Garuda iru meninggalkan kesan mendalam. Seperti diungkapkan Ahmad Yani, tokoh pemuda setempat: "Tadi saya lihat ada ibu-ibu membawa naga liong berdampingan dengan bapak-bapak menggotong Ka'bah mini. Inilah Indonesia mini yang kami banggakan."
Acara ditutup dengan doa bersama dipimpin ulama setempat, mengiringi harapan agar tahun depan acara bisa lebih meriah lagi. "Ini baru awal. Tahun depan kami akan libatkan lebih banyak elemen budaya," janji Lurah Fariz di tengah tepuk tangan warga.(MC Batang, Jateng/Heri/Jumadi)