- Oleh MC KAB AGAM
- Senin, 25 Agustus 2025 | 15:07 WIB
:
Oleh MC KAB AGAM, Senin, 30 Juni 2025 | 13:35 WIB - Redaktur: Pasha Yudha Ernowo - 241
AGAM, InfoPublik — Semarak dan khidmat mewarnai kegiatan pawai ta’aruf Khatam Al-Qur’an yang digelar MDTA Ma’had Islamy Ladang Laweh X Suku, Kecamatan Banuhampu, Sabtu (28/6/2025). Sebanyak 39 santri resmi dikhatamkan dalam perayaan yang digelar bertepatan dengan awal Tahun Baru Islam 1447 Hijriah. Momen ini tidak hanya menjadi peristiwa keagamaan, tetapi juga penanda kuat eksistensi adat dan budaya Minangkabau dalam pendidikan generasi muda.
Kegiatan tersebut dilepas langsung oleh Bupati Agam, Benni Warlis, di depan Masjid Jami’ Ladang Laweh. Dalam sambutannya, Benni menyatakan bahwa khatam ini bukan hanya soal mengkhatamkan bacaan Al-Qur’an, melainkan sebuah transformasi nilai dan identitas masyarakat nagari.
"Ini luar biasa. Bukan hanya khidmat secara keagamaan, tetapi juga menyatu dengan nilai-nilai lokal kita. Khatam seperti ini adalah wujud nyata dari filosofi 'adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah’, yang masih hidup dan kuat di Agam," kata Benni Warlis.
Dalam masyarakat Minangkabau, khatam Al-Qur’an menandai tonggak penting dalam proses pendidikan anak, baik dari sisi agama maupun budaya. Bukan hanya tentang menyelesaikan bacaan 30 juz, tetapi juga memperkenalkan anak pada nilai-nilai sosial seperti rasa hormat, kebersamaan, serta penghargaan terhadap ilmu.
Bupati Benni menyebut bahwa bagi anak-anak Minang, dua momen paling dikenang sepanjang hidup adalah saat khatam Al-Qur’an dan saat menjadi mempelai. Keduanya diiringi oleh pawai atau arak-arakan, bukan sekadar euforia, tetapi bentuk penghargaan dari masyarakat terhadap pencapaian spiritual dan sosial.
"Mari kita jadikan momen ini sebagai titik awal. Setelah khatam, anak-anak jangan berhenti. Lanjutkan dengan tahfiz, tadabbur, dan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari," ujar Bupati.
Menariknya, pawai khatam ini juga menghadirkan para perantau dari Jakarta dan kota-kota lainnya, yang secara khusus pulang kampung demi menyaksikan perayaan khatam anak nagari. Ini menunjukkan bahwa tradisi lokal masih menjadi perekat kuat identitas dan hubungan antar generasi, bahkan lintas geografis.
“Kita patut bangga. Ketika dunia makin modern, Ladang Laweh masih menjaga ruh pendidikan surau dan menjadikannya panggung utama dalam membentuk karakter anak,” tambah Benni.
Dalam konteks lebih luas, Pemerintah Kabupaten Agam mendorong kebangkitan pendidikan berbasis budaya lokal sebagai bagian dari strategi menuju visi Agam Madani. Pendidikan agama tidak hanya diajarkan di bangku formal, tetapi juga melalui institusi masyarakat seperti MDTA, surau, dan masjid, yang tetap relevan sebagai pusat nilai dan pembinaan generasi.
“Semangat dari surau harus kita wariskan. Karena dari sinilah lahir generasi yang kuat, santun, dan berkarakter,” tutup Bupati, disambut tepuk tangan dari ratusan warga yang memadati rute pawai.
Tradisi khatam Al-Qur’an di Minangkabau bukan sekadar warisan budaya, tetapi bentuk nyata dari integrasi nilai pendidikan, agama, dan adat. Di tengah tantangan globalisasi dan digitalisasi, kegiatan seperti ini menunjukkan bahwa kearifan lokal masih menjadi kekuatan utama dalam membangun karakter generasi penerus. (MC Agam/Tori)