- Oleh MC KAB SUMENEP
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 00:08 WIB
:
Oleh MC KAB SUMENEP, Jumat, 11 Juli 2025 | 11:34 WIB - Redaktur: Pasha Yudha Ernowo - 113
Sumenep, Infopublik – Dalam menghadapi dinamika keberagaman yang kian kompleks, Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Sumenep mengambil langkah strategis dengan menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Penguatan Deteksi Dini Konflik Sosial Berdimensi Keagamaan”, Selasa (8/7/2025), di Aula PLHUT.
Mengangkat tema “Merawat Kebersamaan, Meneguhkan Moderasi Beragama di Tengah Keberagaman”, FGD ini diikuti oleh 100 peserta yang terdiri dari Kepala KUA se-Kabupaten Sumenep, organisasi masyarakat Islam, dan elemen kepemudaan. Forum ini tidak hanya menjadi ajang diskusi, tapi juga wadah membangun sinergi nyata lintas sektor.
Dalam sambutan yang disampaikan oleh Kasubbag TU Kemenag Sumenep, Muh. Rifa’i Hasyim, mewakili Kepala Kantor Abdul Wasid, ditegaskan pentingnya membangun sistem deteksi dini konflik sosial berbasis keagamaan. Ia menilai pendekatan moderasi beragama adalah kunci menjaga keharmonisan sosial di tengah keberagaman.
“Kebersamaan yang telah lama terjaga di Sumenep adalah modal besar. Melalui forum ini, kami ingin memperkuat sinergi antar pemangku kepentingan untuk mencegah potensi gesekan dan membangun ruang dialog yang sehat,” tegasnya.
Diskusi berjalan aktif. Para peserta membedah berbagai potensi pemicu konflik, berbagi pengalaman lapangan, dan merumuskan pendekatan-pendekatan kolaboratif. Peran pemuda juga ditekankan sebagai aktor strategis dalam menanamkan nilai toleransi dan menjaga narasi damai di ruang publik.
FGD ini merupakan bagian dari program prioritas nasional Kementerian Agama dalam memperkuat Moderasi Beragama sebagai respons terhadap tantangan kerukunan dan intoleransi di era digital yang sarat polarisasi.
“Kami berharap forum ini menghasilkan komitmen bersama dalam membangun jejaring komunikasi yang kuat, sistem deteksi dini yang responsif, serta menumbuhkan kesadaran kolektif untuk menciptakan Sumenep yang damai dan inklusif,” pungkas Rifa’i.
Kegiatan ini menunjukkan bahwa isu keberagaman bukan hanya persoalan wacana, tetapi harus dikelola secara strategis dan kolaboratif. FGD seperti ini menjadi bukti bahwa kerukunan adalah hasil kerja bersama, bukan sesuatu yang datang dengan sendirinya. (Rilis-Mujib/ismi/Han/Fer)