- Oleh MC KAB SUMENEP
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 00:08 WIB
:
Oleh MC KAB SUMENEP, Kamis, 24 Juli 2025 | 18:04 WIB - Redaktur: Pasha Yudha Ernowo - 75
Sumenep, InfoPublik — Ratusan lulusan Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) yang juga merupakan bagian dari Komponen Cadangan (Komcad) TNI menerima pengarahan langsung dari Komandan Kodim 0827/Sumenep, Letkol Inf Yoyok Wahyudi, di Aula Makodim, Sabtu (19/7/2025). Dalam pengarahan tersebut, Dandim memberikan bekal strategis menjelang penempatan mereka sebagai Kepala Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di berbagai wilayah Indonesia.
Letkol Yoyok menegaskan bahwa para SPPI bukan hanya menjalankan tugas administratif, tetapi mengemban misi kemanusiaan dan ketahanan nasional, khususnya di sektor pemenuhan gizi masyarakat. Peran mereka sangat strategis dalam menopang pembangunan manusia, terutama di daerah-daerah dengan angka gizi buruk dan stunting yang masih tinggi.
“Kalian adalah generasi terpilih. Status sebagai Kepala SPPG bukan hanya jabatan, tetapi tanggung jawab mulia yang akan berdampak langsung pada kualitas hidup rakyat,” ujarnya.
Sebagai bagian dari Komcad TNI, SPPI didorong untuk mengimplementasikan nilai-nilai bela negara, adaptif terhadap dinamika sosial, dan mampu membangun kolaborasi lintas sektor—dari relawan, tenaga kesehatan, hingga tokoh masyarakat.
Letkol Yoyok menekankan pentingnya disiplin, loyalitas, serta keteladanan dalam bertugas, mengingat mereka akan menjadi pemimpin pelayanan di wilayah kerja masing-masing.
“Jadilah pribadi yang disiplin waktu, loyal pada tugas, dan bisa membangun kepercayaan masyarakat. Pekerjaan ini menuntut bukan hanya kecerdasan teknis, tetapi juga empati dan integritas,” tambahnya.
Ia juga berpesan agar SPPI bekerja dengan hati dan keikhlasan, serta menjadi figur yang menyenangkan dan dihormati oleh lingkungan sekitar.
Pengarahan ini menjadi momentum penting peralihan SPPI dari proses pendidikan ke pengabdian nyata di lapangan. Dandim meminta para lulusan untuk tidak ragu berinovasi dan tetap rendah hati dalam membangun solusi, khususnya dalam konteks peningkatan status gizi masyarakat.
Dengan jumlah lulusan yang akan tersebar di berbagai daerah, kehadiran SPPI diharapkan tidak hanya menjawab persoalan teknis pemenuhan gizi, tetapi juga memperkuat struktur ketahanan sosial di akar rumput.
“Saya percaya kalian bisa menjadi katalis perubahan. Tunjukkan bahwa kalian bukan hanya sarjana, tapi penggerak sesungguhnya di masyarakat,” tutup Yoyok.
Program SPPI merupakan bagian dari inovasi pembangunan yang menyatukan pendekatan militer-sipil, dengan orientasi pada pemberdayaan masyarakat melalui penguatan gizi, edukasi kesehatan, dan kedisiplinan sosial. Kolaborasi ini menjadi model baru pembangunan nasional berbasis ketahanan manusia yang berakar pada jiwa bela negara. (Dim/Han/Fer)