- Oleh MC PROV JAWA TIMUR
- Minggu, 31 Agustus 2025 | 03:52 WIB
: Program CERDIG – Cerdas Digital, pelatihan penulisan konten digital dan produksi konten audiovisual khusus bagi penyandang disabilitas netra. Foto : Aldick/Mc.Jatim
Oleh MC PROV JAWA TIMUR, Rabu, 30 Juli 2025 | 01:07 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 71
Surabaya, InfoPublik- Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Jawa Timur menunjukkan komitmennya terhadap pembangunan inklusif dengan menggelar program CERDIG – Cerdas Digital, pelatihan penulisan konten digital dan produksi konten audiovisual khusus bagi penyandang disabilitas netra.
Sekretaris Diskominfo Jatim, Suharlina Kusumawardani mewakil Kadis Kominfo Jatim, dalam sambutannya menyampaikan pentingnya membuka akses seluas-luasnya kepada kelompok rentan agar tidak tertinggal dalam arus transformasi digital yang begitu cepat.
“Di balik keterbatasan tersebut tersimpan potensi besar yang perlu diberi ruang agar penyandang disabilitas netra dapat ikut berkontribusi secara aktif dan percaya diri dalam masyarakat digital yang semakin terbuka dan kompetitif,” ujarnya, Selasa (29/7/2025).
Ia menekankan konten digital, baik dalam bentuk tulisan maupun audiovisual, kini bukan sekadar media komunikasi, melainkan juga menjadi sarana ekspresi kreatif dan peluang ekonomi. Karena itu, pelatihan ini dirancang menjadi ruang belajar yang inklusif dan memberdayakan, guna membekali peserta dengan keterampilan teknis, membangun kepercayaan diri, serta membuka peluang menuju kemandirian ekonomi digital.
Melalui pelatihan ini, Kominfo Jatim berharap, peserta tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga mampu menjadi kreator konten yang produktif. Dengan akses dan pelatihan yang tepat, penyandang disabilitas netra dapat menjadi bagian dari industri kreatif digital dan menyuarakan perspektif mereka melalui media sosial maupun platform lainnya.
“Dengan pelatihan ini, kami ingin membuka jalan lebih lebar bagi partisipasi digital penyandang disabilitas, agar mereka tidak hanya menjadi penonton, tapi juga menjadi kreator,”harapnya.
Sesi pelatihan bertema “Penulisan Konten Digital yang Efektif dan Menarik” yang disampaikan Ketua Komunitas Mata Hati Surabaya, Danny Heru Dwi Hartanto mengupas pentingnya penguasaan media digital untuk membangun eksistensi dan membuka peluang ekonomi, terutama di kalangan disabilitas.
Menurut Danny, pandemi Covid-19 telah mengubah pola interaksi masyarakat, di mana lebih dari 85 persen pengguna internet kini aktif di media sosial. Namun, penyandang disabilitas masih menghadapi tantangan dalam akses dan keterampilan produksi konten. “Konten digital yang baik tidak hanya informatif, tetapi juga mampu menarik emosi dan mendorong tindakan audiens,” jelasnya.
Danny mengenalkan empat bentuk utama konten digital yang dapat dikembangkan, yakni artikel, infografis, video, dan podcast. Ia juga membekali peserta dengan model penulisan AIDA (Attention, Interest, Desire, Action), yang membantu penulis membangun alur komunikasi yang menarik dan mendorong aksi dari audiens.
Menariknya, pelatihan ini juga menggarisbawahi bahwa penyandang tunanetra dapat aktif berkontribusi dalam dunia konten berbasis tulisan, seperti artikel blog, email, newsletter, hingga unggahan media sosial.
Sementara, sesi pelatihan “Produksi Konten Audiovisual bagi Tunanetra”, Humas Komunitas Mata Hati Surabaya, Sri Purwaningsih, menjelaskan bahwa konten audiovisual kombinasi antara suara dan gambar merupakan salah satu bentuk komunikasi paling efektif di era digital.“Otak manusia lebih mudah mengingat informasi yang disampaikan dalam bentuk gambar dan suara dibanding teks saja,” kata Sri.
Ia membagi proses produksi konten menjadi tiga tahap utama pra-produksi (perencanaan ide dan skrip), produksi (pengambilan gambar, pencahayaan, dan audio), serta pasca-produksi (editing menggunakan aplikasi seperti CapCut dan Canva, lalu distribusi ke platform digital seperti YouTube dan media sosial).
Pelatihan ini dirancang inklusif, memungkinkan tunanetra terlibat aktif dalam proses produksi, terutama pada aspek penulisan naskah, pengarahan narasi, dan elemen audio. Tools yang digunakan pun dipilih berdasarkan tingkat aksesibilitas yang ramah disabilitas.
Selain keterampilan teknis, peserta juga dibekali prinsip etika produksi konten, seperti menjaga kualitas suara dan visual, menyelaraskan audio-video, menghindari pelanggaran hak cipta, serta menghormati privasi dan tidak menyebarkan informasi menyesatkan. (MC Prov Jatim /hjr/eyv)