Badan Gizi Nasional Usul Pendidikan Gizi Masuk Kurikulum, ini Respons Pakar Unair

: Pakar Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair Lailatul Muniroh SKM M Kes. - Foto: Mc.Jatim


Oleh MC PROV JAWA TIMUR, Selasa, 29 Juli 2025 | 15:02 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 159


Surabaya, InfoPublik - Urgensi literasi gizi memantik Badan Gizi Nasional (BGN) mengusulkan pendidikan gizi masuk ke dalam kurikulum sekolah. Meski hal ini ditentang oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) Abdul Mu’ti, sehingga BGN menyayangkan hal itu. 

Pakar Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair  Lailatul Muniroh SKM M Kes pun ikut menyoal pentingnya membentuk generasi sehat. "Menyangkut asupan nutrisi anak tidak boleh asal-asalan, sehingga literasi gizi harus dimulai sejak dini. Anak wajib dibekali ilmu mencakup nutrisi gizi seimbang,” ujarnya, di Surabaya, Selasa(29/7/2025).

Menurutnya, program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang kini digagas pemerintah seharusnya tidak berdiri sendiri. "Kita tidak bisa mengandalkan MBG kalau isinya tidak merepresentasikan gizi seimbang. Anak-anak perlu tahu kenapa mereka harus makan makanan sehat, apa akibat dari kekurangan zat gizi makro maupun mikro," tegasnya.

Terlebih lagi faktor para ibu yang menjadi pengampu pertama urusan konsumsi keluarga sering kali tidak tahu apakah makanan yang diberikan dari program MBG memenuhi kebutuhan gizi atau tidak. Gizi Melalui IPA dan Cerita Pendidikan gizi, menurutnya, bukanlah program insidental melainkan menjadi sistem yang terstruktur dan terintegrasi ke dalam lintas mata pelajaran.

Gizi bisa hadir dalam pelajaran IPA melalui pembahasan makronutrien, dalam Bahasa Indonesia melalui narasi literasi pangan, hingga dalam PJOK lewat proyek penyusunan menu sehat dan pengamatan kantin sekolah.

“Konsepnya adalah pendidikan kontekstual,” tegasnya. “Kita tidak ingin anak-anak sekadar tahu nama sayur, tetapi memahami mengapa mereka harus memilihnya.” ujarnya.

Lebih dari itu, pendidikan gizi juga perlu dibingkai sebagai bentuk keterampilan hidup (life skill) yang mendekatkan anak pada kesadaran pangan dan gaya hidup preventif sejak bangku sekolah. Mewujudkan kurikulum berbasis gizi bukan perkara satu sektor. Perlu sinergi antara sektor pendidikan, kesehatan, serta keluarga. Hal ini membutuhkan kesiapan guru, kurikulum kontekstual, hingga kebijakan yang adaptif terhadap kondisi lokal.

“Pendidikan gizi adalah investasi jangka panjang. Kalau kita abai hari ini, anak-anak akan membayar mahal di masa depan dalam bentuk stunting, penyakit metabolik, hingga produktivitas yang rendah,” pungkasnya.(MC Prov Jatim /hjr-mad/eyv)

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh MC PROV JAWA TIMUR
  • Minggu, 31 Agustus 2025 | 03:52 WIB
Hangat di Grahadi, Gubernur Khofifah Peluk Warga dan Bagi Sembako
  • Oleh MC PROV JAWA TIMUR
  • Minggu, 31 Agustus 2025 | 03:57 WIB
Gerakan Pangan Murah Serentak di 962 Titik Digelar seluruh Jawa Timur
  • Oleh MC PROV JAWA TIMUR
  • Sabtu, 30 Agustus 2025 | 06:16 WIB
Pemkot Surabaya Buka Pendaftaran Beasiswa Pemuda Tangguh untuk Mahasiswa 2025
  • Oleh MC PROV JAWA TIMUR
  • Sabtu, 30 Agustus 2025 | 06:18 WIB
Diskominfo Jatim Edukasi Perempuan Disabilitas Branding Usaha dengan AI
  • Oleh MC PROV JAWA TIMUR
  • Jumat, 29 Agustus 2025 | 17:46 WIB
Kolaborasi PLATO Wujudkan Surabaya Bersinar
  • Oleh MC PROV JAWA TIMUR
  • Jumat, 29 Agustus 2025 | 17:49 WIB
DWP Kominfo Jatim Bersama Karnus Kendalikan Diabetes Melalui Makanan Sehat
  • Oleh MC PROV JAWA TIMUR
  • Jumat, 29 Agustus 2025 | 02:50 WIB
Pemkot Surabaya Raih Rekor MURI Penyuluhan TBC Terbanyak di Tingkat RW
-->