- Oleh MC PROV JAWA TIMUR
- Minggu, 31 Agustus 2025 | 03:52 WIB
: Dalam rangka mendukung peningkatan kinerja ekonomi Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamar Dagang dan Industri (Kadin) NTT bersama Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia NTT melakukan pertemuan dengan Kadin Jawa Timur
Oleh MC PROV JAWA TIMUR, Selasa, 29 Juli 2025 | 15:25 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 152
Surabaya, InfoPublik - Dalam rangka mendukung peningkatan kinerja ekonomi Nusa Tenggara Timur (NTT), Kamar Dagang dan Industri (Kadin) NTT bersama Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia NTT melakukan pertemuan dengan Kadin Jawa Timur dalam kegiatan "Forum Bisnis Antara Kadin NTT dengan Kadin Provinsi Jawa Timur di Graha kadin Jatim, Surabaya, Selasa (29/7/2025).
Hadir dalam Kesempatan tersebut, Ketua Umum Kadin NTT Bobby Lianto, Kepala KPw BI NTT Agus Sistyo Widjajati, Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto, Kepala KPw BI Jatim, Ibrahim serta sejumlah Wakil Ketua Umum Kadin Jatim. Hadir juga dalam kesempatan tersebut sekitar 40 pelaku usaha NTT dan 40 pelaku usaha Jatim.
Ketua Kadin NTT, Bobby Lianto mengatakan bahwa kegiatan hari ini bertujuan mempererat relasi serta menekan defisit perdagangan. Salah satu langkah yang dilakukan adalah mendorong peningkatan ekspor dan mendorong substitusi industri yang bisa dibangun di NTT. "Tentunya dengan dukungan para pengusaha dari Jawa Timur," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, bahwa Jawa Timur adalah pintu utama perdagangan untuk NTT. Jalur transportasi darat maupun laut sebagian besar berasal dari Surabaya menuju berbagai wilayah di NTT seperti Kupang, Sumba Timur, Sumba Barat Daya, Labuan Bajo, Reo, Alor, dan Flores Timur. Hubungan dagang ini telah berlangsung lama, bahkan sejak ratusan tahun lalu, menunjukkan bahwa Jawa Timur memiliki peran penting dalam ekonomi Indonesia Timur.
Dalam pertemuan ini dilakukan kegiatan business matching, yang sudah didasarkan pada data yang dikirimkan sebelumnya. Dari total empat nota kesepahaman (MoU) yang dibahas, dua di antaranya telah berhasil dieksekusi pada hari ini, yaitu investasi di bidang peternakan ayam ras pedaging dan ayam ras petelur serta invrstasi di sektor pertanian debgan menan jagimg di laham seluas 1.000 hektar.
"Ini merupakan langkah penting dan sangat ditunggu, karena mendukung program "Ayo Bangun NTT", termasuk untuk mendukung kebutuhan pasokan MBG. Tujuannya adalah agar industri-industri semacam ini benar-benar tumbuh dan menetap di NTT," katanya.
Proyeksi nilai investasi di bidang peternakan ayam ras pedaging tahap awal diperkirakan mencapai sekitar Rp 6 miliar, mengingat ini masih dalam tahap percobaan di satu lokasi. Sementara itu, untuk penanaman jagung di lahan seluas 1.000 hektar, nilai investasinya diperkirakan sekitar Rp 15 miliar, dengan estimasi biaya sekitar Rp15 juta per hektar. "Langkah ini menjadi awal dari pengembangan investasi yang terus didorong agar bisa berkelanjutan di NTT," katanya.
Bobby Lianto menegaskan bahwa pertemuan semacam ini akan dirutinkan, baik setiap tahun atau setiap enam bulan, karena hubungan dan kerja sama yang terjalin antara pelaku usaha dari NTT dan Jawa Timur diyakini akan terus berkembang ke depannya.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Agus Sistyo Widjajati juga mengatakan bahwa kegiatan kali ini diselenggarakan dalam rangka mendukung program Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur yang mengusung tagline "Ayo Bangun NTT".
"Selama ini, pembangunan di NTT sebagian besar diinisiasi oleh pemerintah melalui belanja negara. Namun, saat ini pemerintah mulai melakukan efisiensi, sehingga diperlukan pergeseran strategi dengan mendorong peran sektor swasta dalam mendukung pertumbuhan ekonomi di NTT," ungkap Agus Sistyo Widjajati.
Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah menjalin kerja sama dengan Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Jawa Timur bukan tanpa alasan, karena setelah Jakarta, hubungan ekonomi NTT paling besar adalah dengan Jawa Timur. Melalui kerja sama ini, diharapkan produktivitas di NTT dapat meningkat, terutama melalui keterlibatan pengusaha dari Jawa Timur, bukan hanya dalam bentuk perdagangan, tetapi juga investasi dan produksi di NTT.
"Kerja sama ini juga bertujuan untuk meningkatkan kompetensi sumber daya manusia di NTT. Misalnya dalam sektor pertanian dan peternakan, akan dilakukan transfer teknologi dari Jawa Timur agar produktivitas masyarakat lokal meningkat. Saat ini, produktivitas pertanian di NTT rata-rata hanya sekitar 4 ton per hektar, sedangkan di Jawa bisa mencapai 8 hingga 10 ton. Dengan penggunaan teknologi, pupuk, serta metode tanam yang lebih baik, diharapkan hasil panen di NTT juga dapat meningkat," tandasnya.
Selain itu, kerja sama ini membuka peluang perluasan pasar. Jawa Timur memerlukan pasar baru, dan NTT bisa menjadi mitra strategis. Letaknya yang dekat dengan Timor Leste dan Australia menjadikan NTT sebagai jalur distribusi potensial ke dua negara tersebut. Barang-barang yang masuk ke NTT dari Jawa Timur juga cenderung lebih murah dibandingkan dengan memproduksi sendiri di NTT, seperti yang terlihat dalam kasus ayam potong beku dari Jawa Timur yang lebih ekonomis dibandingkan ayam lokal di Kupang.
Dengan peningkatan produktivitas, kompetensi SDM, dan perluasan pasar ini, diharapkan kesejahteraan masyarakat NTT dapat meningkat secara signifikan. Masyarakat yang selama ini berada di kantong-kantong kemiskinan dapat diberdayakan dan memperoleh manfaat langsung dari pembangunan berbasis kolaborasi ini. (MC Prov Jatim /hjr-mad/eyv)