- Oleh MC PROV KALIMANTAN SELATAN
- Sabtu, 26 April 2025 | 19:24 WIB
: Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (Diskuperindag) HSU menggelar Pelatihan Teknis Sasirangan sebagai bagian dari implementasi program One Pesantren One Product (OPOP), di lingkungan Muhammadiyah Boarding School (MBS) Nurul Amin Alabio, Desa Pandulangan, Kecamatan Sungai Pandan, Selasa (12/8/2025)/ MC HSU.
Oleh MC KAB HULU SUNGAI UTARA, Selasa, 12 Agustus 2025 | 13:41 WIB - Redaktur: Jhon Rico - 111
Amuntai, InfoPublik- Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) melalui Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (Diskuperindag) HSU menggelar Pelatihan Teknis Sasirangan sebagai bagian dari implementasi program One Pesantren One Product (OPOP), bertempat di lingkungan Muhammadiyah Boarding School (MBS) Nurul Amin Alabio, Desa Pandulangan, Kecamatan Sungai Pandan, Selasa (12/8/2025).
Pelatihan ini bertujuan mendorong kemandirian ekonomi pesantren melalui pengembangan produk unggulan berbasis potensi lokal, khususnya kain sasirangan—warisan budaya khas Banjar yang memiliki nilai jual tinggi.
Kepala Bidang Perindustrian Diskuperindag HSU, Erva Noorrahmah, menjelaskan bahwa pelatihan ini bertujuan membekali santri dengan keterampilan produksi dan desain kain sasirangan, agar dapat dikembangkan menjadi produk unggulan pesantren yang berdaya saing.
“Manfaat yang diharapkan setelah pelaksanaan pelatihan ini antara lain peningkatan keterampilan santri, terciptanya peluang usaha baru di lingkungan pesantren, pelestarian budaya lokal, sekaligus penguatan identitas daerah dan kontribusi nyata dalam mendukung keberhasilan program One Pesantren One Product,” ujar dia.
Smentara itu, Wakil Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) HSU, Mayang Melani Hero Setiawan, menyampaikan bahwa program OPOP menjadi langkah strategis untuk memberdayakan potensi ekonomi pesantren di HSU.
“Program ini adalah salah satu langkah strategis untuk memberdayakan ekonomi pesantren, mengasah keterampilan wirausaha santri serta menghubungkan produk pesantren dengan pasar yang lebih luas,” kata dia.
Ia menjelaskan, pelatihan bertema Mewarnai Tradisi, Menumbuhkan Jiwa Wirausaha ini mengandung makna bahwa nilai-nilai khas pesantren seperti gotong royong, disiplin, dan kesungguhan belajar, kini diberi warna baru melalui keterampilan berwirausaha.
“Tidak hanya itu, melalui pelatihan ini santri diharapkan mampu mengolah ide menjadi produk kreatif, mempelajari teknik produksi yang berkualitas, memahami pemasaran modern, termasuk pemasaran digital, serta menumbuhkan mental pantang menyerah dalam berwirausaha,” ujar dia.
Wakil Direktur MBS Nurul Amin Alabio, Ustaz Sahlipani, mengaku bersyukur dan berterima kasih atas terselenggaranya pelatihan tersebut. Menurutnya, paradigma pondok pesantren kini telah bergeser, tidak hanya mencetak kader ulama, tetapi juga generasi yang memiliki wawasan ekonomi dan keterampilan hidup.
“Mungkin sebagian orang menilai di pondok pesantren itu hanya belajar agama. Akan tetapi saat ini, pondok pesantren tidak hanya sekadar menjadi wadah mencetak kader ulama. Lewat rakornas beberapa waktu lalu, dicetuskan agenda besar bahwa santri-santriwatinya juga harus memiliki wawasan kewirausahaan,” tuturnya.
Ia menambahkan, penting bagi santri untuk memiliki bekal keterampilan dan pengetahuan yang bisa diterapkan setelah mereka kembali ke tengah masyarakat.
“Tentunya kami bangga dengan adanya pelatihan ini, sehingga santri-santriwati memiliki kebisaan atau kemampuan yang bermanfaat setelah menempuh pendidikan,” ujar dia.
Pelatihan teknis ini dilaksanakan mulai 12-15 Agustus 2025, dengan jumlah peserta sebanyak 20 orang. Selama pelatihan, peserta dibekali materi tentang teknik pembuatan kain sasirangan oleh Zainal Fuad, praktisi sekaligus pelaku usaha dari Ecomel Sasirangan.
(Putra)