KIM DIY Berlatih Hidupkan Berita Lewat Storytelling Visual

:


Oleh MC KAB SLEMAN, Senin, 18 Agustus 2025 | 09:49 WIB - Redaktur: Juli - 96


Sleman, InfoPublik - Kekuatan mobile photo journalism (Storytelling Visual) bagi Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) terletak pada kemampuannya memotret dinamika masyarakat tanpa harus menunggu peralatan besar atau waktu lama.

Dengan hanya berbekal ponsel pintar, anggota KIM bisa langsung mengabadikan momen, mengirimkan foto, dan membagikan informasi ke publik secara real-time.

Bagi KIM, kecepatan dan akurasi dalam menyampaikan berita menjadi kunci keberhasilan menjalankan fungsi literasi informasi di tingkat desa atau kalurahan.

Di tengah perkembangan teknologi, Storytelling Visual menawarkan solusi praktis dan efektif untuk mendokumentasikan peristiwa penting di lingkungan sekitar.

Menurut Ketua Pewarta Foto Indonesia, Andreas Fitriatmoko dalam pelatihan foto jurnalistik lanjutan yang berlangsung di Aula Kresna Dinas Komunikasi dan Informatika Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis (14/8/2025), anggota KIM dapat menggunakan metode EDFAT (Entire, Details, Frame, Angle, Time) untuk mendokumentasikan peristiwa penting di lingkungan sekitar.

“Metode ini membantu anggota KIM menghasilkan foto yang tidak hanya indah, tetapi juga bercerita,” terangnya.

Dengan memotret keseluruhan suasana (Entire) dengan detail penting (Details), maka anggota KIM dapat menghadirkan gambaran utuh mengenai suatu peristiwa, sehingga audiens memahami maknanya secara menyeluruh.

Selain itu, pada tahap frame dan angle dalam EDFAT memastikan subjek utama terlihat jelas dan pesan visual tersampaikan tanpa gangguan. Dengan membingkai subjek secara tepat serta memilih sudut pengambilan yang menarik, anggota KIM bisa menonjolkan pesan inti dan menghindari foto yang terkesan datar atau membingungkan.

Tidak kalah penting, mobile photo journalism memungkinkan siapa saja berperan sebagai citizen journalist. Warga yang kebetulan berada di lokasi kejadian dapat mengabadikan momen, membagikannya, dan menjadi sumber awal berita. Meski demikian, kualitas dan integritas tetap menjadi kunci.

“Foto yang diambil lewat ponsel tidak hanya harus jelas secara visual, melainkan akurat secara kontekstual,” sambung Andreas.

Lebih dari itu, teknik ini memberdayakan anggota KIM untuk berperan sebagai storyteller visual. Mereka tidak hanya mengirimkan informasi, namun juga membangun narasi yang memperlihatkan sisi positif, kearifan lokal, serta potensi daerah. Hal ini penting untuk mengangkat citra wilayah sekaligus menarik perhatian pihak luar yang mungkin tertarik untuk berkolaborasi.

Andreas berpesan kepada peserta pelatihan agar tetap menjaga akurasi dan etika. Foto yang diambil harus merepresentasikan fakta, tidak menyesatkan, dan disertai keterangan yang jelas. Termasuk perlu memahami teknik captioning yang tepat agar pesan visual sampai ke pembaca dengan benar dan tidak memicu kesalahpahaman.

Dengan kemampuan mengabadikan dan menyebarkan momen secara cepat melalui storytelling photo, anggota KIM bukan menjadi penyampai informasi saja, tetapi juga penguat identitas lokal, perekat kebersamaan, dan penjaga narasi positif tentang daerahnya. (Adnan Nurtjahjo|KIM Pararta Guna Gamping)

 

-->