:
Oleh MC KAB SLEMAN, Senin, 18 Agustus 2025 | 09:46 WIB - Redaktur: Juli - 96
Sleman, InfoPublik - Di tengah tekanan hidup yang semakin kompleks, banyak orang mencari cara untuk meredakan stres dan mengelola emosi dengan lebih sehat. Salah satu metode yang mulai dikenal di masyarakat adalah Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT).
Teknik yang menggabungkan pendekatan psikologi modern dengan unsur spiritual ini diperkenalkan oleh Relawan Komunitas Kekandhangan Banyuraden sekaligus Praktisi Hipnoterapi, Setyo Hari Purnomo dalam acara bertajuk Sehat Nurani Jiwa yang digagas mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas PGRI Yogyakarta di Pendhapa RT.03 RW.18 Sukunan, Banyuraden, Sleman, Kamis (14/8/2025).
Menurut Hari, teknik terapi yang menggabungkan sistem energi tubuh dan terapi spiritualitas dengan metode tapping pada 18 titik meridian di sepanjang 12 jalur energi tubuh membantu seseorang melepaskan beban emosional yang terpendam.
“Tidak hanya untuk mereka yang mengalami trauma berat, SEFT juga bermanfaat bagi siapa saja yang ingin meningkatkan kualitas hidupnya,” ucapnya dihadapan puluhan lansia.
Bagi para lansia, menjaga kesehatan fisik dan mental menjadi tantangan tersendiri seiring bertambahnya usia. SEFT hadir sebagai metode sederhana yang dapat membantu mereka mengelola emosi, mengurangi stres, dan meningkatkan kualitas hidup.
Dengan kombinasi doa, afirmasi positif, dan teknik ketukan pada titik energi tubuh, SEFT membantu lansia melepaskan rasa cemas atau sedih yang sering muncul akibat permasalahan sosial maupun keluarga.
Melalui relaksasi yang tercipta selama proses terapi, tubuh melepaskan ketegangan otot sehingga rasa sakit berkurang. Selain itu, pendekatan spiritual dalam SEFT membuat lansia merasa lebih dekat dengan Sang Pencipta, memberikan rasa syukur dan penerimaan yang menenangkan hati.
Lebih lanjut, Hari menambahkan bahwa SEFT bekerja dengan prinsip mengetuk titik-titik tertentu di tubuh, yang dipercaya sebagai jalur energi, sambil mengucapkan afirmasi positif dan doa. Proses ini membantu pikiran dan tubuh terhubung, sehingga emosi negatif perlahan berkurang. Hasilnya mendapat ketenangan dan rasa ringan yang membawa pengaruh baik pada kesehatan fisik.
Uniknya, masyarakat tidak memerlukan alat khusus atau ruangan tertentu untuk melakukannya. Bahkan, setelah mempelajari langkah-langkahnya, teknik ini dapat dipraktikkan secara mandiri di rumah. Namun, pendampingan dari praktisi berpengalaman di awal proses sangat dianjurkan demi memastikan teknik yang dilakukan benar dan hasilnya optimal.
“Dalam banyak kasus, metode ini digunakan untuk membantu penyintas bencana, korban kekerasan, hingga pasien dengan penyakit kronis agar lebih kuat secara mental,” ungkap Hari.
Sementara itu, Ketua Kelompok 7 KKN UPY, Anti Septi Basalti mengatakan melalui kegiatan ini pihaknya mengenalkan metode SEFT berupa relaksasi yang dapat dilakukan oleh para lansia untuk menjaga nurani tetap bersih dan jiwa tetap kuat.
Oleh karena itu, kegiatan dikemas dengan interaksi yang melibatkan semua peserta, agar tercipta rasa kebersamaan dan saling dukung.
"Harapannya, ilmu dan pengalaman yang diperoleh di sini dapat terus dipraktikkan di rumah, sehingga manfaatnya berkelanjutan," ujar Anti.
Di tengah dunia yang serba cepat dan penuh tekanan, SEFT menjadi pengingat bahwa keheningan, doa, dan sentuhan sederhana pada tubuh menjadi langkah awal menuju kehidupan yang lebih damai dan bermakna. (Adnan Nurtjahjo|KIM Pararta Guna Gamping)