Penerimaan Bea Masuk Sektor Pangan Turun, Sinyal Positif Swasembada

: Presiden Prabowo Subianto didampingi Menko Pangan Zulkifli Hasan dan Mentan Andi Amran Sulaiman meninjau panen raya di Sumsel. (Foto: Humas Kementan)


Oleh Ismadi Amrin, Selasa, 27 Mei 2025 | 13:04 WIB - Redaktur: Kristantyo Wisnubroto - 377


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi bea masuk pada April 2025 hanya mencapai Rp15,4 triliun atau 29,2 persen dari target APBN. Angka ini turun 1,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Meski demikian, penurunan ini bukanlah pertanda negatif, melainkan sinyal positif atas keberhasilan swasembada.

Menurut Wakil Menteri Keuangan Anggito Abimanyu, nihilnya impor tiga komoditas, yaitu beras, jagung, dan gula menunjukkan ketahanan pasokan domestik.

“Penurunan penerimaan bea masuk bukan hal yang perlu dikhawatirkan. Penurunan terjadi karena tidak ada impor beras, jagung, dan gula. Jadi wajar tidak ada penerimaan bea masuk dari sana. Tapi ini hal yang positif,” jelas Anggito dalam keterangan tertulis yang diterima pada Senin (26/5/2025).

Ia menambahkan, jika ketiga komoditas ini dikecualikan, penerimaan bea masuk justru tumbuh positif secara tahunan. “Tanpa pengaruh beras, jagung, dan gula, penerimaan bea masuk kita naik 4,3 persen,” ujar Anggito.

Keberhasilan ini tidak lepas dari strategi nasional di sektor pertanian, seperti peningkatan produksi dalam negeri, efisiensi distribusi, dan dukungan langsung kepada petani.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan, stok cadangan beras pemerintah di Perum Bulog per 24 Mei 2025 telah mencapai 3,9 juta ton.

“Ini capaian luar biasa. Alhamdulillah, stok Bulog sudah mencapai 3,9 juta ton. Ini mencerminkan ketahanan pangan nasional yang semakin kokoh, terutama di tengah krisis pangan global,” ujarnya, sembari menyampaikan apresiasi kepada para petani.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) turut memperkuat capaian tersebut. Produksi beras pada Januari–Juni 2025 diperkirakan mencapai 18,76 juta ton, naik 11,17 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Pada periode yang sama, luas panen jagung pipilan diproyeksikan mencapai 1,42 juta hektare, naik 11,64 persen dari tahun sebelumnya. Total produksi jagung pipilan kering (kadar air 28 persen) pun diprediksi melonjak menjadi 10,91 juta ton, atau naik 12,88 persen dari 9,67 juta ton pada Januari–Juni 2024.

Tak hanya di sektor impor, kontribusi sektor pertanian juga terlihat dari penerimaan bea keluar yang melonjak 95,9 persen menjadi Rp11,3 triliun. Lonjakan ini didorong oleh naiknya harga ekspor crude palm oil (CPO), memperkuat kontribusi pertanian tidak hanya pada ketahanan pangan, tetapi juga pada pendapatan negara.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Ismadi Amrin
  • Senin, 25 Agustus 2025 | 08:39 WIB
Nasi Hangat Omi dan Cita-Cita Besar Kemandirian Pangan Negeri
  • Oleh Ismadi Amrin
  • Minggu, 24 Agustus 2025 | 15:09 WIB
Anggaran Pendidikan 2026 Rp757,8 Triliun, Termasuk untuk Program MBG
  • Oleh Ismadi Amrin
  • Kamis, 21 Agustus 2025 | 15:45 WIB
Hilirisasi Pertanian Bisa Serap 1,6 Juta Tenaga Kerja dan Tingkatkan NTP
  • Oleh Ismadi Amrin
  • Kamis, 21 Agustus 2025 | 15:40 WIB
Petani Nikmati Kemerdekaan, Pemerintah Hadir dengan Kebijakan Pro Petani
  • Oleh Ismadi Amrin
  • Selasa, 19 Agustus 2025 | 21:19 WIB
MBG Pacu Swasembada dan Ketahanan Pangan
  • Oleh Ismadi Amrin
  • Minggu, 17 Agustus 2025 | 15:47 WIB
Pemerintah Raih Apresiasi Ketua DPR RI terkait Kebijakan Harga Gabah
  • Oleh Ismadi Amrin
  • Minggu, 17 Agustus 2025 | 12:36 WIB
HUT ke-80 RI, Indonesia Siap Rebut Swasembada Pangan
  • Oleh Tri Antoro
  • Sabtu, 16 Agustus 2025 | 14:08 WIB
Prabowo Kenang Soeharto sebagai Pilar Pembangunan Ekonomi Indonesia
-->