- Oleh MC KAB BLORA
- Jumat, 29 Agustus 2025 | 17:50 WIB
: Kinerja Pasar Saham (Foto: Istimewa)
Oleh Pasha Yudha Ernowo, Rabu, 30 Juli 2025 | 11:19 WIB - Redaktur: Untung S - 250
Jakarta, InfoPublik – Kesepakatan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat mendapat sambutan hangat dari pasar keuangan. Sejak diumumkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat naik 3,68 persen, menjadikannya bursa dengan performa terbaik di Asia dalam sepekan terakhir.
Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia, Fakhrul Fulvian, menyatakan lonjakan ini mencerminkan keyakinan pelaku pasar terhadap stabilitas dan arah kebijakan pemerintah usai terwujudnya trade deal tersebut.
“Hasil kesepakatan dagang ini telah menghindarkan kita dari skenario terburuk akibat ketidakpastian yang berlarut-larut,” ujar Fakhrul, dalam keterangannya ke InfoPublik, Selasa (29/7/2025).
Meskipun perjanjian ini menimbulkan sejumlah pertanyaan, khususnya terkait kewajiban pembelian barang dari AS seperti pesawat dan produk pertanian, Fakhrul menilai dampaknya terhadap neraca dagang Indonesia bersifat netral. Menurutnya, yang terjadi adalah perubahan mitra dagang, bukan peningkatan impor secara keseluruhan.
“Ini bukan tambahan impor, tapi realokasi vendor. Kita perlu menyesuaikan, dan ini memang kondisi yang berat,” jelas Fakhrul.
Di tengah euforia pasar, Fakhrul juga mengingatkan pentingnya menjaga akses dagang dengan Uni Eropa lewat kelanjutan negosiasi EU-CEPA (Comprehensive Economic Partnership Agreement). Menurutnya, diversifikasi pasar tetap krusial agar Indonesia tidak terlalu bergantung pada satu mitra dagang.
Isu lain yang tak kalah penting adalah perlindungan data masyarakat. Dalam perjanjian ini, muncul kekhawatiran soal keamanan dan pengelolaan data. Fakhrul menegaskan bahwa negara harus tetap menempatkan kepentingan nasional sebagai prioritas utama.
“Data adalah masa depan perekonomian global. Kita harus jaga ketahanan nasional dan mencari solusi win-win bersama mitra dagang,” tegasnya.
Melihat peluang pasca-trade deal, Fakhrul menggarisbawahi tiga langkah strategis untuk memperkuat pemulihan ekonomi nasional: Percepatan belanja pemerintah dan pemberian insentif, Penerbitan obligasi internasional seperti DimSum Bond (RMB) dan Kangaroo Bond (AUD) untuk memperkuat likuiditas, dan Konsistensi pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia guna mendorong aktivitas ekonomi.
Dengan sentimen pasar yang menguat, ditambah langkah kebijakan yang tepat, perjanjian dagang RI-AS diharapkan menjadi katalis positif jangka menengah bagi perekonomian Indonesia.