:
Jakarta, InfoPublik - Belajar dari krisis kesehatan, mulai 2021 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menginisiasi transformasi kesehatan enam pilar yang merupakan program prioritas Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin.
Adapun keenam pilar tersebut di antaranya transformasi layanan primer, transformasi layanan rujukan, transformasi sistem ketahanan kesehatan, transformasi sistem pembiayaan kesehatan, transformasi sumber daya manusia (SDM) kesehatan, dan transformasi teknologi kesehatan.
Pilar pertama, transformasi layanan primer. Kemenkes berupaya memperkuat upaya promotif preventif sekaligus mendekatkan akses layanan kesehatan yang berkualitas dengan merevitalisasi 300 ribu posyandu yang dilengkapi dengan kader kesehatan yang berkualitas dan alat kesehatan seperti USG dan alat periksa jantung.
Layanan posyandu juga dibuat lebih fokus pada upaya promotif preventif seperti skrining dan surveilans, sasarannya juga diperluas bukan hanya ibu dan anak tetapi semua siklus hidup mulai dari bayi hingga lansia.
“Kita ingin memastikan bahwa ibu dan anak kita terurus dengan baik, alat timbangan yang hanya ada di 10 ribu Puskesmas tadi, kita bagi ke 300 ribu posyandu, supaya semua ibu hamil bisa diperiksa dengan USG,” kata Menkes Budi dalam laporan capaian kinerja 2022 Kemenkes pada Kamis (5/1/2023).
Selain itu, Menkes Budi menata laboratorium kesehatan masyarakat di seluruh Indonesia, memperkuat upaya promotif di layanan primer dengan menambah yiga jenis imunisasi rutin dari 11 menjadi 14 jenis vaksin, melaksanakan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN).
Lalu pelaksanaan Active Case Finding (ACF) Tuberculosis dan memastikan peningkatan kesehatan ibu dan anak melalui lima gerakan cegah stunting yakni Aksi Bergizi, Bumil Sehat, Posyandu Aktif, Jambore Kader, dan Cegah Stunting itu Penting.
Menkes Budi menyebutkan berbagai program pada pilar pertama transformasi kesehatan telah menunjukkan progress yang signifikan yang dibuktikan dengan adanya peningkatan temuan kasus TBC sebanyak 685.250 (70,7 persen) dari estimasi 969 ribu kasus.
“Capaian ini merupakan yang tertinggi di Indonesia. Selain itu, sampai akhir Desember sekitar 75,5 persen balita sudah dipantau pertumbuhannya secara rutin di posyandu,” kata Menkes Budi.
Kemudian, untuk cakupan Imunisasi dasar lengkap, hingga November 2022 86,4 persen bayi usia 0-11 sudah di Imunisasi, selanjutnya 99.263 bayi baru lahir sudah di Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK).
Sementara itu, 14 skrining terhadap penyakit prioritas telah dilaksanakan serta 2.289.871 siswa di 6.420 sekolah telah berpartisipasi dalam Gerakan #AksiBergizi serentak.
“Menyadari pentingnya kegiatan edukasi dan promosi, Kemenkes akan terus mendorong kegiatan ini kepada masyarakat,” ujar Menkes Budi.
Pilar kedua adalah transformasi layanan rujukan. Pada pilar ini, Kemenkes berupaya memenuhi dan memeratakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk empat layanan spesialistik katastropik.
Yaitu jantung, stroke, kanker, dan ginjal yang jumlahnya masih sangat terbatas dan belum merata. Untuk mengatasi persoalan ini, sepanjang 2022, Kemenkes mendorong agar layanan rujukan dapat diakses oleh seluruh pasien di pelosok Indonesia.
Menkes Budi mengatakan dorongan ini dengan menyalurkan bantuan untuk pemenuhan alat kesehatan (alkes) penyakit prioritas, pendampingan kateterisasi jantung, dan bedah jantung terbuka.
Hasilnya, dana bantuan pemerintah telah disalurkan kepada 150 RSUD dan 25 RSUP di 34 provinsi untuk pemenuhan alkes penyakit prioritas. Pada akhir tahun dana sebesar Rp3,55 triliun, digunakan untuk memenuhi alkes di RS daerah.
“Hingga saat ini, dana bantuan pemerintah pada 2022 ke 150 RSUD sudah tersalurkan 96,2 persen. Sementara bantuan pemerintah ke RS vertikal tersalurkan 100 persen,” jelas Menkes Budi.
Uoaya tersebut juga mendapatkan dukungan kerja sama dari 24 gubernur untuk mengembangkan RSUD sebagai jejaring layanan rujukan dengan rincian layanan jantung 24 provinsi, stroke di 13 provinsi, kanker di 12 provinsi, dan uronefrologi di 7 provinsi.
Tak hanya itu, Kemenkes juga telah melakukan program pendampingan kateterisasi jantung di 37 RS dan stroke di tiga RS.
Pilar ketiga yakni transformasi sistem ketahanan nasional. Pada pilar ini, Menkes Budi mendorong agar seluruh alkes dan obat-obatan bisa diproduksi di dalam negeri dengan memfasilitasi change source.
“Ini untuk meningkatkan penggunaan Bahan Baku Obat (BBO) lokal. Hasilnya, beberapa perusahaan telah mampu memproduksi obat, vaksin, dan alkes seperti USG 2D, Antropometri Set dan Autoclave di Indonesia,” kata Menkes Budi.
Selain industri farmasi dan alkes, Kemenkes juga telah mencanangkan tenaga cadangan kesehatan yang ditandai dengan penandatangan MoU Penanggulangan Bencana dengan BMKG dan BNPB.
Pilar keempat, transformasi sistem pembiayaan. Transformasi ini mencakup anggaran dinas kesehatan akan mulai dirapikan agar tidak terjadi tumpang tindih. Kemenkes telah berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri untuk membantu mengakomodir daerah untuk mengalokasikan 10 persen APBD untuk anggaran kesehatan.
Pilar kelima, transformasi SDM kesehatan. Kemenkes akan fokus menambah jumlah dokter, dokter spesialis-sub spesialis, dan dokter gigi. Menurut Menkes Budi jumlah dokter maupun dokter spesialis di Indonesia masih kurang dan belum merata.
Sepanjang 2022, Kemenkes berupaya meningkatkan jumlah dokter dengan mempermudah adaptasi dokter lulusan luar negeri, menambah kuota beasiswa bagi dokter spesialis, sub spesialis dan fellowship, dan membuka program internsip bagi dokter, dokter spesialis dan fellowship.
“Terima kasih kepada Kementerian Keuangan, kita sekarang sudah ada 2800-an dekat 3000-an, supaya produksi dokter spesialis lebih banyak lagi,” terang Menkes Budi.
Pilar keenam, transformasi teknologi kesehatan. Kemenkes telah meluncurkan satu platform kesehatan yang digunakan untuk merekam catatan medis pasien secara digital yakni Indonesia Health Services (IHS) yang diberi nama SATUSEHAT.
Melalui platform ini, pasien tidak perlu membawa berkas fisik saat dirujuk ke RS lainnya. Semua data kesehatan pasien telah terintegrasi di PeduliLindungi, menjadi milik pasien dan bisa dicek secara berkala.
Sampai akhir 2022, sebanyak 2.893 (77,04 persen) Puskesmas dan 370 (31 persen) RS di Jawa-Bali telah siap terintegrasi. Menkes Budi berharap integrasi SATUSEHAT mulai keluar Jawa-Bali.
Kemenkes juga berhasil meluncurkan Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi), sebuah inisiatif nasional untuk mendeteksi potensi penyakit di masa depan secara resmi diluncurkan pada 14 Agustus 2022.
Dengan adanya BGSi ini, maka deteksi penyakit akan semakin presisi, sehingga pengobatannya juga semakin akurat. Pada implementasinya, BGSi turut melibatkan tujuh rumah sakit vertikal.
Antara lain RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM), RS Pusat Otak Nasional (RS PON), RSPI Sulianto Saroso, RSUP Persahabatan, RS Kanker Dharmais, RSUP Sardjito, hingga RS Prof I.G.N.G. Ngoerah.
Indonesia juga turut berupaya memperkuat arsitektur kesehatan global dengan menginisiasi tiga isu penting. Antara lain harmonisasi protokol kesehatan global, membangun ketahanan sistem kesehatan, dan memperluas manufacturing global dan hub riset untuk pencegahan, kesiapsiagaan dan respons pandemi.
Melalui tiga pertemuan kelompok kerja kesehatan G20 dan tiga side event, G20 bidang kesehatan menghasilkan beberapa deliverables. Yaitu meluncurkan pandemic fund dan berhasil mengumpulkan dana US$1,4 milyar.
Kemudian mendukung percepatan Pengembangan vaksin, terapeutik dan diagnostik, serta pengakuan sertifikat vaksin bersama untuk mendukung mobilitas masyarakat. Menkes Budi mengatakan bahwa berbagai capaian kinerja positif yang telah ditorehkan Kementerian Kesehatan selama 2022.
“Ini menjadi modal penting untuk bertahan dalam menghadapi tantangan kesehatan pada 2023. Untuk itu, implementasi transformasi kesehatan enam pilar akan terus didorong di 2023 guna memenuhi dan memeratakan pelayanan kesehatan yang berkualitas di seluruh pelosok Indonesia,” kata Menkes Budi.
Foto: Tangkapan Layar Youtube Kemenkes