- Oleh Wandi
- Jumat, 29 Agustus 2025 | 19:57 WIB
: Dinamika kehidupan modern, budaya tetap menjadi jembatan yang menghubungkan nilai-nilai keislaman dengan kearifan lokal. Semangat inilah yang digaungkan dalam Ngaji Budaya bertajuk
Jakarta, InfoPublik - Dinamika kehidupan modern, budaya tetap menjadi jembatan yang menghubungkan nilai-nilai keislaman dengan kearifan lokal. Semangat inilah yang digaungkan dalam Ngaji Budaya bertajuk "Deklarasi Istiqlal dalam Perspektif Budaya", yang digelar oleh Kementerian Agama (Kemenag) di Auditorium HM. Rasjidi, Jakarta, Rabu (26/2/2025).
Acara ini menghadirkan mahasiswa, santri, penyuluh agama, dan masyarakat dari berbagai latar belakang untuk memahami dan menerapkan nilai-nilai Deklarasi Istiqlal melalui pendekatan budaya.
Dengan demikian, moderasi beragama semakin mengakar dalam kehidupan sosial.
Tiga narasumber utama, yakni akademisi dan filolog Oman Fathurrahman, budayawan dari Lesbumi NU Susi Luvaty, serta Koordinator Staf Khusus Menteri Agama Faried F Saenong, membahas bagaimana Islam dan budaya saling menguatkan dalam membangun peradaban inklusif.
Mereka menekankan bahwa Islam di Nusantara berkembang melalui interaksi dengan budaya lokal tanpa kehilangan esensinya sebagai agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag, Abu Rokhmad, menegaskan bahwa pendekatan budaya merupakan instrumen efektif dalam membentuk dan mengubah masyarakat.
Menurutnya, seni dan budaya bukan sekadar hiburan, melainkan bagian integral dari kehidupan beragama.
“Agama itu welcome terhadap budaya. Karena budaya adalah salah satu instrumen paling efektif untuk mengubah masyarakat. Masyarakat akan menikmati sentuhan kebudayaan,” ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa dalam berbagai kegiatan keagamaan, unsur budaya seperti musik, tarian, dan sastra sering mendapat sambutan hangat dari masyarakat.
Keindahan yang terkandung dalam seni mampu menyentuh hati dan menjadi medium dakwah yang lebih mudah diterima oleh berbagai lapisan masyarakat.
Pendekatan ini juga selaras dengan visi Indonesia Emas 2045, yang mengusung konsep masyarakat maju dan berdaya saing tanpa meninggalkan nilai-nilai spiritual serta kebudayaan.
“Ngaji Budaya ini memberi pesan kuat untuk terus mendorong dan mendakwahkan Islam dengan cara berkebudayaan,” tambahnya.
Dalam forum ini, Abu Rokhmad juga mengulas tiga prinsip utama Deklarasi Istiqlal yang memperkuat hubungan antara agama dan budaya:
“Agama dan budaya bukanlah dua hal yang bertentangan, tetapi saling menguatkan,” kata Abu. Islam di Nusantara berkembang melalui interaksi dengan budaya lokal, yang menjadikannya lebih adaptif tanpa kehilangan substansi keagamaannya.
Budaya telah lama menjadi sarana efektif dalam menyampaikan pesan-pesan Islam, baik melalui seni, sastra, arsitektur, maupun tradisi lokal. “Pemerintah mendorong penguatan literasi budaya Islam agar pesan keagamaan dapat disampaikan secara adaptif dan relevan,” jelasnya.
Tantangan saat ini adalah munculnya paham keagamaan eksklusif yang mengabaikan kearifan lokal. Oleh karena itu, pendekatan berbasis budaya dapat memperkuat moderasi beragama.
“Moderasi beragama itu ramah terhadap kebudayaan,” tandasnya.
Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan menyambut Ramadan 1446 H, Ngaji Budaya mengusung tema “Lestarikan Tradisi, Dekatkan Diri, Selamatkan Bumi.”
Sebelumnya, Kemenag telah mengadakan Temu Penanggung Jawab Program Siaran Agama Islam di Media pada 13 Februari 2025 dan Tarhib Ramadan bertajuk “Jalan Sehat, Pembagian Al-Qur’an, dan Bibit Pohon” pada 23 Februari 2025.
Melalui pendekatan budaya, diharapkan moderasi beragama dapat semakin kokoh dan menjadi perekat harmoni di tengah masyarakat.