KONI Desak PSSI Fokus pada Pembinaan Akar Rumput dan Reformasi Organisasi

Jakarta, InfoPublik — Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat, Letjen TNI (Purn) Marciano Norman, mendesak Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk memprioritaskan pembinaan sepak bola dari tingkat akar rumput serta melakukan evaluasi menyeluruh terhadap struktur organisasinya. Hal itu disampaikan dalam pembukaan Kongres Biasa PSSI yang digelar di Jakarta.

Marciano menilai capaian Tim Nasional Indonesia dalam beberapa tahun terakhir belum cukup untuk menjawab ekspektasi tinggi masyarakat terhadap sepak bola nasional. Ia menyoroti keberhasilan Timnas Putra meraih medali emas SEA Games 2023 di Kamboja setelah penantian 32 tahun sebagai momentum yang perlu dijaga melalui pembinaan jangka panjang.

"PSSI belum bisa berpuas diri. Banyak yang masih harus dibenahi, terutama sistem pembinaan usia muda yang belum sepenuhnya merata di seluruh daerah," tegas Marciano dalam siaran remiinya yang diterima InfoPublik, Kamis (5/6/2025).

Dalam paparannya, Marciano menyebut peningkatan peringkat FIFA Timnas Putra ke posisi 123 dan Timnas Putri ke peringkat 94 sebagai indikator kemajuan. Namun, ia menegaskan bahwa posisi itu belum mencerminkan potensi besar Indonesia di tingkat internasional.

“Sepak bola kita belum mencapai level kompetitif global. Tanpa pembinaan berjenjang dan pembenahan sistemik, kita akan sulit menembus pentas dunia,” tambahnya.

Di hadapan para pemangku kepentingan sepak bola nasional, Marciano menyinggung pentingnya evaluasi terhadap peran dan fungsi Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI. Ia mendorong agar Kongres Biasa ini tidak hanya menjadi forum administratif, tetapi menghasilkan keputusan konkret yang berdampak terhadap tata kelola organisasi dan kualitas kompetisi.

“Struktur internal PSSI harus diperkuat. Peran Asprov perlu ditata ulang agar tidak hanya menjadi kepanjangan administratif, tetapi motor penggerak pembinaan dan pencarian talenta,” ujarnya.

Pernyataan Marciano sejalan dengan pernyataan Ketua Umum PSSI Erick Thohir, yang sebelumnya menyatakan perlunya reformasi internal dalam tubuh PSSI. Erick mengakui masih lemahnya koordinasi antar anggota dan belum optimalnya peran Asprov dalam pengembangan sepak bola daerah.

“Kami sedang mengkaji ulang peran Asprov agar bisa lebih besar kontribusinya, termasuk dalam hal pengembangan liga amatir dan pencarian bakat,” kata Erick.

Marciano juga menyoroti ketimpangan antara popularitas sepak bola di Indonesia dan pencapaian prestasi di level internasional. Ia mengutip riset yang menyebut bahwa lebih dari 60 persen masyarakat Indonesia adalah penggemar sepak bola, namun euforia ini belum diimbangi dengan sistem pembinaan dan kompetisi yang memadai.

“Setiap pekan, ratusan pertandingan sepak bola digelar di berbagai daerah. Tapi apakah kompetisi itu memiliki sistem scouting yang efektif? Apakah hasilnya masuk ke sistem nasional? Ini yang harus dijawab PSSI,” tegasnya.

Marciano juga menyinggung pentingnya akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan organisasi dan kompetisi. Menurutnya, tantangan besar PSSI ke depan adalah membangun kepercayaan publik, terutama dalam hal integritas kompetisi dan keberlanjutan program pembinaan.

“Sepak bola tak bisa dibangun hanya dengan semangat. Harus ada sistem yang akuntabel, data yang valid, dan tata kelola yang terbuka,” tegasnya.

Kongres Biasa PSSI 2025 digelar di tengah ekspektasi besar publik terhadap keberlanjutan prestasi Timnas dan reformasi menyeluruh dalam tubuh organisasi. Sejumlah isu penting yang dibahas antara lain evaluasi kompetisi liga, pembinaan usia muda, restrukturisasi internal, serta penegakan integritas dan etika dalam sepak bola nasional.