- Oleh Wahyu Sudoyo
- Jumat, 29 Agustus 2025 | 22:57 WIB
: Wamenkomdigi Nezar Patria menjadi pembicara dalam acara Ngobrolin Buku Bareng Wamenkomdigi-Neksus oleh Yuval Noah Harari di Perpustakaan Kementerian Komdigi, Jakarta Pusat, Senin (21/07/2025). Ardi W/Komdigi
Oleh Wahyu Sudoyo, Rabu, 23 Juli 2025 | 01:57 WIB - Redaktur: Untung S - 148
Jakarta, InfoPublik - Generasi muda, khususnya Gen Z, diajak untuk melawan gempuran era kebohongan yang menyamar sebagai kebenaran atau era post-truth maupun informasi digital yang manipulatif, dengan menghidupkan kembali pemikiran kritis.
“Melawan post-truth sebetulnya simpel saja, hidupkan kembali critical thinking atau pemikiran kritis kita. Kuncinya, jangan cepat percaya dengan informasi yang kelihatannya begitu mudah,” ujar Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi), Nezar Patria, dalam acara Ngobrolin Buku Bareng Wamenkomdigi, Membedah buku Neksus karya Yuval Noah Harari, di Perpustakaan Kementerian Komdigi, Jakarta Pusat, pada Senin (21/7/2025).
Nezar menekankan arti penting membangun daya pikir kritis di tengah derasnya arus hoaks, disinformasi, dan konten manipulatif yang makin canggih seiring perkembangan kecerdasan artifisial atau Artificial Intelligence (AI).
Ia menungkapkan, salah satu bentuk tantangan baru berkaitan dengan kemunculan visual dan video realistis berbasis AI yang mampu menciptakan sosok manusia fiktif dengan rupa sangat meyakinkan.
“Bahkan bisa menciptakan sosok manusia yang tidak pernah eksis di dunia, padahal rupanya mirip orang Manado, orang Palembang, orang Jawa, dan sebagainya. Tapi itu (wajah manusia dalam karya AI) tidak pernah ada,” jelasnya.
Nezar juga mengingatkan risiko besar apabila teknologi AI digunakan secara tidak bertanggung jawab, khususnya di negara plural seperti Indonesia.
“Yang paling celaka kalau (AI) meniru tokoh-tokoh agama kemudian mengucapkan sesuatu yang mungkin bisa memancing kerusuhan, ketegangan, pertikaian. Nah itu yang paling berbahaya dan potensial terjadi di negara pluralis seperti kita,” ujarnya.
Oleh karena, Ia mengajak Gen Z untuk menjadi pengguna media sosial yang bijak, tidak asal berkomentar, dan menghindari perilaku merundung sesama di dunia maya.
“Jangan biasakan diri kita asal jeplak. Tonton film-film soal cyberbullying, bagaimana pengaruh media sosial terhadap mental wellness anak-anak muda. Jadi hati-hati dalam mengonsumsi informasi, juga hati-hati dalam memproduksinya, dan gunakan critical thinking,” tandas Nezar Patria.