- Oleh Ismadi Amrin
- Kamis, 28 Agustus 2025 | 09:55 WIB
: Kepala Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO) Hasan Nasbi saat meninjau langsung peluncuran perdana Cek Kesehatan Gratis (CKG) Sekolah di SMAN 6 Tangsel, Senin (4/8/2025). (Foto: Ismadi Amrin/InfoPublik)
Oleh Ismadi Amrin, Senin, 4 Agustus 2025 | 11:16 WIB - Redaktur: Kristantyo Wisnubroto - 189
Tangerang Selatan, InfoPublik - Pemerintah terus menunjukkan komitmennya dalam mewujudkan generasi muda yang sehat, cerdas, dan tangguh menghadapi tantangan zaman.
Salah satu langkah nyata tersebut adalah peluncuran program Cek Kesehatan Gratis (CKG) Sekolah, yang secara resmi dimulai Senin (4/8/2025), di SMA Negeri 6 Tangerang Selatan, Banten.
Peluncuran program ini menandai babak baru dalam pendekatan layanan kesehatan yang menyasar langsung ke lingkungan peserta didik. CKG Sekolah tidak hanya menawarkan layanan pemeriksaan gratis, tetapi juga menjadi bagian integral dari strategi pemerintah dalam menciptakan Anak Indonesia yang Sehat di Dunia Digital.
Kepala Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Office/PCO) Hasan Nasbi berkesempatan meninjau langsung peluncuran perdana CKG Sekolah di SMAN 6 Tangsel.
Lebih lanjut, Kepala PCO Hasan Nasbi mengatakan, langkah ini merupakan kelanjutan program nasional yang telah diluncurkan Februari 2025 lalu. "Hari ini kami meninjau langsung kick-off pemeriksaan kesehatan gratis di sekolah," ujar Hasan di SMA Negeri 6 Tangsel, Senin (4/8/2025).
Hasan menjelaskan, program ini menyasar anak-anak dari jenjang SD, SMP, hingga SMA dan sederajat, dengan target mencakup 53 juta penerima manfaat," imbuhnya.
Ia memperkirakan pemeriksaan terhadap 1.225 siswa di SMAN 6 Tangsel akan berlangsung selama tiga hari mengingat banyaknya tes yang dilakukan.
Pemeriksaan yang dilakukan mencakup uji kebugaran, pengisian kuesioner kesehatan, serta pengecekan darah, mata, telinga, gigi, tinggi dan berat badan.
“Secara umum tinggi dan berat badan anak-anak cukup baik. Namun, ada temuan yang perlu menjadi perhatian seperti masalah pada gigi dan beberapa anak yang tekanan darahnya melebihi 140,” ungkap Hasan.
Satu hal, transformasi digital di sektor pendidikan juga telah membuka berbagai peluang sekaligus tantangan baru. Di satu sisi, peserta didik kini lebih mudah mengakses informasi, belajar secara daring, dan mengembangkan kreativitas digital. Namun di sisi lain, penggunaan gawai yang berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, hingga tekanan psikologis akibat media sosial juga menjadi ancaman serius bagi kesehatan anak dan remaja.
Dalam konteks inilah, program CKG Sekolah menjadi sangat relevan. Melalui deteksi dini dan pemeriksaan kesehatan menyeluruh, program ini memperkuat pondasi utama yang diperlukan anak-anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal di era digital.
Hasan Nasbi juga menyoroti pentingnya edukasi kesehatan sejak dini. Ia menceritakan pengalamannya saat ikut memeriksa telinga siswa dan menemukan kasus iritasi karena cara membersihkan kuping yang salah.
"Ini bukti pentingnya edukasi tentang kebersihan diri, cara menyikat gigi, membersihkan telinga, menjaga pola makan, dan kebugaran," kata Hasan.
"Tujuannya agar anak-anak tahu menjaga kesehatan sejak dini, dan tidak hanya datang ke fasilitas kesehatan saat sakit, tapi juga saat sehat," tambah Hasan.
Tak bisa dimungkiri, banyak tantangan kesehatan baru yang muncul seiring dengan meningkatnya interaksi anak-anak dengan dunia digital. Mulai dari masalah mata akibat paparan layar terlalu lama, gangguan postur tubuh, obesitas akibat kurang gerak, hingga gangguan kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi karena tekanan sosial media.
Pemerintah menyadari bahwa literasi digital tidak bisa dilepaskan dari literasi kesehatan. Untuk menjadi warga digital yang bijak, anak-anak harus terlebih dahulu memiliki tubuh dan mental yang sehat. Di sinilah peran program CKG Sekolah menjadi penghubung penting antara dua dunia: dunia nyata dan dunia digital.