- Oleh Wahyu Sudoyo
- Jumat, 29 Agustus 2025 | 22:57 WIB
: Kepala BPSDM Kemkomdigi Bonifasius Wahyu Pudjianto bersama Rektor UB Prof Widodo dalam peluncuran AI Talent Factory di Universitas Brawijaya Malang, Jawa Tiur (foto: Humas Kemkomdigi)
Oleh Wahyu Sudoyo, Jumat, 22 Agustus 2025 | 11:25 WIB - Redaktur: Untung S - 130
Jakarta, InfoPublik - Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemmomdigi) dan Universitas Brawijaya (UB) meluncurkan Artificial Intelligence (AI) Talent Factory pertama untuk mencetak talenta kecerdasan artifisial yang mampu menciptakan solusi dan produk asli karya anak bangsa.
Rektor UB, Prof. Widodo, mengatakan, inisiatif ini diperlukan agar Indonesia tidak selamanya bergantung pada produk AI dari luar negeri.
“Hampir semua produk AI yang digunakan masyarakat saat ini berasal dari luar negeri. Padahal anak-anak muda Indonesia sebenarnya mampu membuat sendiri. Dengan program ini, harapannya kita tidak hanya menggunakan produk luar, tetapi juga memanfaatkan AI buatan anak bangsa,” ujar Widodo dalam keterangannya di Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, pada Kamis (21/08/2025).
Sementara itu, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kemkomdigi, Bonifasius Wahyu Pudjianto, menyatakan bahwa kebutuhan talenta digital Indonesia, khususnya yang menguasai AI, sangat mendesak dengan kekurangan mencapai lebih dari 450 ribu per tahun.
“Kami menghitung kebutuhan talenta digital khususnya lima tahun ke depan hingga 2030. Kekurangannya mencapai sekitar 453 ribu per tahun. Paradoks ini menarik. Memang kita harus menggeser tenaga kerja dari blue collar menjadi white collar,” ungkapnya.
AI Talent Factory disiapkan untuk menghasilkan talenta tingkat lanjut, bukan sekadar pelatihan dasar.
“Kami justru ingin memperpanjang runway hingga ke level AI practitioner dan specialist. Meskipun jumlahnya tidak banyak, mereka akan menjadi pengungkit perubahan bagi industri AI kita,” tutur Dia..
Kepala Pusat Pengembangan Talenta Digital, Said Mirza Pahlevi, menambahkan, AI Talent Factory menerapkan metode pembelajaran yang menekankan pada kolaborasi dan penciptaan solusi nyata.
“Sekitar 50 persen kegiatan berupa diskusi dan brainstorming yang dibimbing pakar. Peserta juga melakukan eksplorasi mandiri untuk menghasilkan prototipe dan portofolio. Hanya sekitar 20 persen yang berupa pembelajaran mandiri,” jelas Said.
Dengan pendekatan ini, AI Talent Factory diharapkan melahirkan use case solution dan intellectual property (IP) asli Indonesia, sekaligus menjadi model pengembangan pusat-pusat talenta AI di berbagai daerah.