- Oleh MC KAB BLORA
- Selasa, 19 Agustus 2025 | 22:00 WIB
: Kabupaten Blora telah melakukan panen raya padi organik seluas 23 hektar di kelompok Tani Jemari Agung Desa Sidorejo, Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora, Senin 4 Maret 2024
Oleh MC KAB BLORA, Sabtu, 9 Maret 2024 | 00:22 WIB - Redaktur: Santi Andriani - 673
Blora, InfoPublik – Tidak bisa dipungkiri Kabupaten Blora merupakan salah satu lumbung pangan Jawa Tengah. Di masa depan Bupati Blora, H.Arief Rohman berharap Blora harus bisa menjadi lumbung pangan padi organik.
“Luas panen 2023 di Kabupaten Blora mencapai 108 ribu hektar yang merupakan luas panen terluas ketiga se-Jawa Tengah,” kata Kepala Dinas Pangan Pertanian Peternaan dan Perikanan (DP4) Kabupaten Blora, Ngaliman, Rabu 6 Maret 2024.
Produksi padi yang dihasilkan Kabupaten Blora mencapai 660 ribu ton, di mana hanya sekitar 30 persenya dikonsumsi penduduk Blora. Sementara sisanya 70 persen untuk disalurkan ke kabupaten sekitar dan provinsi di luar Jateng termasuk ke Papua. “Kecamatan Kedungtuban merupakan lumbung pangannya Kabupaten Blora,” imbuh Ngaliman.
Sebelumnya, Kabupaten Blora telah melakukan panen raya padi organik seluas 23 hektar di kelompok Tani Jemari Agung Desa Sidorejo, Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora, Senin 4 Maret 2024. Bupati Blora H.Arief Rohman meminpin langsung panen raya tersebut.
Panen raya ini sekaligus memberi secercah harapan, sementara banyak daerah yang mengalami kenaikan harga beras, sebagian petani di Kabupaten Blora sudah mulai memasuki musim panen padi.
Varietas padi yang dipanen adalah Mentik Susu. Produktivitas 10,2 ton/ha GKP setara 5,1 ton/ha beras.Harga beras organik saat ini Rp18.000/kg. “Sehingga per hektar dapat memperoleh hasil Rp91.800.000,” ucap Bupati Blora.
Usaha tani padi di Kedungtuban telah mengimplementasikan teknologi SRI (System of Rice intenficasion). Para petani mengolah lahan pertanian secara intensif dan menggunakan pupuk serta pestisida hayati yang diproduksi sendiri dari limbah kotoran hewan (kohe). Selama setahun bisa tanam dan panen tiga kali dengan menghasilkan produksi tinggi.
Cepatnya pengembangan budidaya pertanian organik di Kedungtuban selain karena kecerdasan dan keberanian petani yang selalu ingin maju juga ditompang oleh keteladan para tokoh masyarakat. Seperti di Desa Sidorejo berkembangnya pertanian padi organik karena didukung dan diberi contoh oleh Kepala Desa Agung Heri Susanto. Ia menanam di lahan sawahnya dengan budidaya padi organik.
Selain Sidorejo, Desa Bajo juga telah mengembangkan budi daya padi organik seluas 15 hektar dan telah memperoleh sertifikat beras organik. “Semoga revolusi pengembangan padi organik di Bumi Blora Mustika akan membuahkan hasil yang bisa membuat para petani tersenyum dan bahagia karena meningkat kesejahteraan hidup mereka,” kata Bambang Sulistya, Penasehat KTNA Blora. (MC Kab Blora/Teguh).