- Oleh Wandi
- Jumat, 29 Agustus 2025 | 19:57 WIB
:
Oleh MC KAB BULELENG, Minggu, 19 Januari 2025 | 14:46 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 316
Buleleng, InfoPublik – Menghadapi ancaman peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di awal tahun 2025, Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng memperkuat upaya pencegahan melalui program "Satu Rumah Satu Jumantik" yang melibatkan masyarakat secara langsung.
Langkah ini bertujuan untuk menekan laju penyebaran nyamuk Aedes Aegypti sebagai penyebab utama meningkatnya kasus DBD sejak November 2024.
"Angka kasus DBD sejak akhir tahun 2024 menunjukkan peningkatan. Pada November tercatat 111 kasus, Desember naik menjadi 171 kasus, dan Januari 2025 mencapai 120 kasus," ujar Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, Nyoman Budiastawan, melalui keterangan pers yang diterima pada Jumat (17/1/2025).
Ia mengimbau masyarakat untuk lebih aktif menjaga kebersihan lingkungan, terutama saat musim hujan. "Ini adalah peringatan bagi kita semua untuk mencegah lonjakan kasus yang lebih besar. Kolaborasi masyarakat melalui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sangat penting," tambahnya.
Dinkes Buleleng mendorong partisipasi aktif melalui program "Satu Rumah Satu Jumantik," yang mengajak setiap rumah tangga menunjuk satu anggota keluarga sebagai pemantau jentik. Program ini dinilai strategis, terutama melibatkan ibu rumah tangga yang lebih mengenal kondisi lingkungan rumah.
Langkah preventif lainnya meliputi edukasi pola hidup bersih dan sehat (PHBS), fogging selektif berdasarkan hasil survei epidemiologi, serta optimalisasi peran Posyandu dan Puskesmas untuk menyebarkan informasi pencegahan.
"Astungkara, dengan berakhirnya musim penghujan nanti, kami berharap kasus DBD bisa ditekan. Namun, kewaspadaan harus tetap dijaga," ujar Nyoman.
Menanggapi hal itu, Pengelola Program DBD Dinas Kesehatan Buleleng, Gede Wahyu, menjelaskan bahwa penyelidikan epidemiologi menjadi langkah awal dalam menangani kasus DBD. Jika ditemukan jentik nyamuk dan tiga orang mengalami demam tinggi dalam satu pekan, wilayah tersebut dinyatakan berisiko tinggi.
"Fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, tetapi jentik yang tidak diberantas dapat menetas dan melahirkan ratusan nyamuk baru dalam seminggu. Oleh karena itu, fokus utama tetap pada PSN," ungkap Wahyu.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi masyarakat melalui aksi massal seperti di masjid, sekolah, dan area desa lainnya. Dinkes Buleleng juga melacak sumber penyebaran utama, termasuk kebun bambu yang menjadi tempat penampungan air hujan.
"Melalui sinergi antara masyarakat dan pemerintah, kami optimis kasus DBD di Buleleng dapat terus dikendalikan," pungkasnya.
(MC Kab.Buleleng/Suy)