- Oleh MC KAB BATANG
- Selasa, 29 Juli 2025 | 10:19 WIB
: Petugas puskesmas sosialisasikan penyakit talasemia di Alun-alun Batang.
Oleh MC KAB BATANG, Senin, 5 Mei 2025 | 15:32 WIB - Redaktur: Untung S - 170
Batang, InfoPublik – Pemerintah Kabupaten Batang tengah mempersiapkan program skrining talasemia secara gratis di seluruh puskesmas sebagai upaya deteksi dini penyakit genetik yang dapat berdampak besar pada kesehatan dan masa depan anak-anak.
Talasemia, kelainan darah yang diwariskan dari orang tua, memaksa penderitanya menjalani transfusi darah seumur hidup. Risiko itu semakin tinggi jika kedua orang tua merupakan pembawa sifat talasemia, sehingga skrining menjadi langkah penting untuk memutus mata rantai penyakit tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Batang, Didiet Wisnuhardanto, saat ditemui di Kantornya, Senin (5/5/2025) menjelaskan bahwa program skrining ini akan dilakukan tanpa biaya, padahal biasanya biaya skrining mencapai Rp550 ribu.
Meski pelaksanaan masih menunggu pengiriman alat dan bahan dari Kementerian Kesehatan, beberapa puskesmas sudah memiliki peralatan seperti fotometer dan hematoanalyzer.
Sebagai langkah awal, skrining anemia akan dilakukan menggunakan rapid test hemoglobin (HB), dan jika ditemukan indikasi anemia, pemeriksaan lanjutan dengan alat laboratorium akan dilakukan.
Sasaran utama program ini adalah anak-anak kelas 7 SMP, karena usia tersebut dianggap paling tepat untuk melakukan intervensi dini berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan. Puskesmas akan melakukan skrining langsung di sekolah-sekolah sebagai bentuk jemput bola. Ke depannya, skrining juga akan diperluas untuk anak usia 6 tahun dengan hasil pemeriksaan yang terintegrasi secara digital dan dikirimkan dalam bentuk rapor kesehatan kepada orang tua atau wali murid melalui berbagai kanal komunikasi.
Didiet menegaskan bahwa program ini merupakan langkah serius Kabupaten Batang dalam mencegah lahirnya generasi baru penderita talasemia. “Deteksi dini adalah langkah kecil, tapi dampaknya bisa menyelamatkan masa depan ribuan anak,” ujarnya.
Ketua Perhimpunan Orang Tua Penyandang Talasemia Indonesia (POPTI) Batang, Nety Widjayanti, mengungkapkan bahwa hingga kini sudah terdata 41 penyandang talasemia di Batang, dengan 27 di antaranya adalah anak-anak.
Namun, angka tersebut belum mencerminkan kondisi sebenarnya karena banyak kasus yang belum terdeteksi, fenomena yang disebut sebagai gunung es. Banyak masyarakat belum menyadari bahwa mereka membawa gen pembawa talasemia, sehingga risiko menikah sesama pembawa sifat sangat tinggi dan berpotensi melahirkan anak dengan talasemia mayor.
Kecamatan Bandar menjadi wilayah dengan jumlah penyandang talasemia terbanyak, sementara sisanya tersebar di 14 kecamatan lainnya. Nety menyambut baik program skrining talasemia yang digagas pemerintah sebagai harapan baru untuk generasi mendatang.
Ia menilai program ini sebagai upaya konkret untuk mendeteksi dini dan memutus mata rantai talasemia.
Melalui skrining ini, diharapkan pasangan yang akan menikah dapat mengetahui status pembawa sifat talasemia sehingga keputusan pernikahan dapat diambil dengan informasi kesehatan yang lengkap. “Langkah ini bukan hanya soal kesehatan, tapi soal masa depan anak-anak yang seharusnya bisa bermain dan belajar tanpa harus bergantung pada transfusi darah seumur hidup,” pungkasnya.
Program skrining talasemia di Kabupaten Batang menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dalam menjaga kesehatan anak-anak dan mencegah penyakit genetik yang dapat mengancam kualitas hidup generasi penerus.(MC Batang, Jateng/Edo/Jumadi)