- Oleh MC KAB BATANG
- Jumat, 4 Juli 2025 | 19:16 WIB
: Program Studi Agribisnis Fakultas Peternakan dan Pertanian UNDIP Batang menggelar kuliah umum daring bertajuk Living with Diversity.
Oleh MC KAB BATANG, Rabu, 21 Mei 2025 | 20:38 WIB - Redaktur: Untung S - 191
Batang, InfoPublik – Universitas Diponegoro (UNDIP) Kampus Batang mengukuhkan komitmennya sebagai institusi pendidikan berkelas dunia melalui penyelenggaraan kuliah umum daring bertajuk "Living with Diversity" sebagai bagian program World Class University.
Kegiatan yang digelar Program Studi Agribisnis Fakultas Peternakan dan Pertanian itu menghadirkan Associate Professor Kumar Yogeeswaran dari University of Canterbury, New Zealand sebagai pembicara utama, Rabu (21/5/2025).
Dalam paparannya yang mendalam, Kumar menekankan bahwa keberagaman bukan sekadar realitas sosial yang harus ditoleransi, melainkan aset berharga untuk inovasi dan kemajuan peradaban.
"Keberagaman ibarat pisau bermata dua. Tanpa pengelolaan bijak, ia bisa memicu konflik, tetapi dengan pendekatan interkultural yang tepat, bisa menjadi mesin penggerak kreativitas," ujarnya di hadapan ratusan peserta yang terdiri dari mahasiswa dan dosen.
Pakar psikologi sosial ini memperkenalkan konsep interkulturalisme sebagai evolusi dari multikulturalisme tradisional. "Berbeda dengan multikulturalisme yang cenderung pasif, interkulturalisme menekankan dialog aktif dan pertukaran budaya untuk membentuk identitas bersama," jelasnya.
Pendekatan itu menurutnya sangat relevan untuk Indonesia yang memiliki 1.340 suku bangsa namun masih menghadapi tantangan dalam mewujudkan harmoni sosial.
Kumar secara khusus memuji fondasi konstitusional Indonesia yang mengakui keberagaman, namun menekankan bahwa "toleransi aktif" perlu dikembangkan melampaui sekadar pengakuan formal.
"Toleransi sejati bukan berarti kita harus setuju pada semua hal, tetapi kemampuan untuk berdialog secara konstruktif sambil mempertahankan identitas masing-masing," tegasnya.
Sebagai contoh praktis, dosen yang menekuni isu prasangka sosial ini membagikan pengalaman New Zealand dalam mengintegrasikan nilai-nilai Maori ke dalam kehidupan nasional. "Pendidikan tinggi memainkan peran krusial sebagai laboratorium hidup untuk menguji dan mengembangkan model-model koeksistensi damai," tambahnya.
Kegiatan yang berlangsung interaktif ini tidak hanya memberikan wawasan teoritis, tetapi juga mendorong refleksi kritis. Salah satu mahasiswa peserta, Rina Wijayanti, mengaku mendapatkan perspektif baru.
"Selama ini kami hanya tahu konsep toleransi secara umum. Kini kami paham bahwa ada pendekatan lebih progresif melalui interkulturalisme," ujarnya.
Dr. Agus Setiadi, Dekan Fakultas Peternakan dan Pertanian UNDIP Batang, menegaskan bahwa kuliah semacam ini merupakan implementasi nyata visi World Class University. "Kami tidak hanya ingin mahasiswa paham teori, tetapi juga mengembangkan kesadaran global dan lokal secara simultan," pungkasnya.
Melalui inisiatif semacam ini, UNDIP Batang terus memperkuat perannya sebagai jembatan pengetahuan global-lokal sekaligus laboratorium hidup untuk mengembangkan model pendidikan tinggi yang responsif terhadap tantangan masyarakat majemuk.(MC Batang, Jateng/Heri/Sri Rahayu)