- Oleh Tri Antoro
- Minggu, 31 Agustus 2025 | 07:14 WIB
: Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, mencoba langsung mesin pemanen padi combine harvester bantuan dari Presiden RI Prabowo Subianto, Selasa (24/6/2025)/ MC Malang.
Oleh MC KOTA MALANG, Rabu, 25 Juni 2025 | 14:24 WIB - Redaktur: Jhon Rico - 195
Malang, InfoPublik- Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, mencoba langsung mesin pemanen padi combine harvester bantuan dari Presiden RI Prabowo Subianto. Uji coba dilakukan di lahan pertanian milik Kelompok Tani Makaryo I, Kelurahan Tlogowaru, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Selasa (24/6/2025).
Mesin combine harvester merupakan alat pertanian modern yang mengintegrasikan tiga proses penting dalam pemanenan padi, yaitu memotong, merontokkan, dan membersihkan hasil panen dalam satu waktu.
Usai mencoba dan menyaksikan langsung kinerja mesin tersebut, Wahyu mengapresiasi keefektifannya dalam mempercepat proses panen.
"Penggunaan mesin pemanen padi ini sangat bagus. Keberadaannya sangat menunjang ketahanan pangan di Kota Malang," kata Wahyu.
Wahyu menambahkan, berdasarkan dialog dengan para petani, penggunaan mesin ini terbukti jauh lebih efisien dibandingkan panen manual. Untuk lahan seluas empat hektare, panen hanya memakan waktu dua hari.
"Jika menggunakan tenaga manusia, untuk empat hektare lahan memerlukan waktu hingga 16 hari. Jadi waktu, biaya, dan tenaga yang dibutuhkan tentu sangat jauh berbeda," ujar dia.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispangtan) Kota Malang, Slamet Husnan Hariyadi, juga menegaskan manfaat besar dari keberadaan mesin tersebut.
"Jika dilakukan secara manual, panen untuk empat hektare akan memakan waktu 16 hari. Dengan mesin, proses ini hanya memerlukan dua hari. Ini menghemat waktu 12 hari, serta lebih efisien dalam penggunaan tenaga dan biaya," urai Slamet.
Efektivitas mesin ini juga dirasakan langsung oleh petani.
Salah satu anggota Kelompok Tani Makaryo, Saiful, menyebut mesin tersebut mampu memanen satu hektare hanya dalam waktu dua jam.
"Ini sangat membantu kami dalam proses panen, terutama karena sekarang sulit mencari tenaga kerja, karena anak-anak di sini sekarang sudah jarang yang mau menjadi petani," jelas Saiful.
Selama ini, jelas dia, para petani di Kota Malang kerap menyewa mesin serupa dari luar daerah dengan biaya yang cukup tinggi.
"Kami sering sewa dari Jawa Tengah, sekitar Rp400.000 per ton gabah yang dipanen. Kami bersyukur sekarang sudah ada mesin combine harvester di Kota Malang, sehingga lebih mudah jika kami membutuhkan," tambah dia.
Kehadiran combine harvester ini diharapkan mampu mendukung produktivitas pertanian serta menjaga ketahanan pangan di Kota Malang melalui modernisasi alat dan efisiensi proses pertanian.
(cah/yn)