- Oleh MC KAB TAPIN
- Senin, 21 Juli 2025 | 13:58 WIB
:
Oleh MC KAB MUSI BANYUASIN, Senin, 30 Juni 2025 | 16:23 WIB - Redaktur: Pasha Yudha Ernowo - 205
SEKAYU, InfoPublik – Lebih dari sekadar kompetisi, Kejuaraan Pencak Silat Bupati Cup III Musi Banyuasin (Muba) Tahun 2025 menjelma menjadi panggung pembinaan karakter dan persatuan bagi generasi muda. Dibuka secara resmi oleh Bupati Muba H. M. Toha di Stable Berkuda Sekayu, Sabtu (28/6/2025), ajang ini diikuti oleh lebih dari 900 atlet dari berbagai kabupaten/kota di Sumatera Selatan dan sekitarnya.
Bupati Toha menegaskan bahwa pencak silat bukan hanya tentang teknik bela diri, tapi juga sarana melestarikan nilai-nilai budaya, membangun sportivitas, dan menanamkan jiwa ksatria di kalangan anak muda.
“Saya tidak ingin ini sekadar kompetisi memperebutkan medali. Lebih dari itu, kejuaraan ini harus menjadi media memupuk karakter tangguh, membangun semangat persaudaraan, dan menjadi alat pemersatu generasi muda,” tegasnya di hadapan ratusan atlet dan pendukung.
Kejuaraan yang berlangsung selama empat hari, dari 26 hingga 29 Juni 2025, melombakan berbagai kategori umur—dini, pra-remaja, remaja, dan dewasa—dengan peserta dari Palembang, Banyuasin, OKI, OI, PALI, Lubuklinggau, hingga Rejang Lebong, menandakan tingginya animo dan gairah terhadap seni bela diri asli Nusantara ini.
Ketua Pengkab IPSI Muba, Heri Hermansyah menyampaikan bahwa turnamen ini juga difungsikan sebagai ajang seleksi dan pemanasan menjelang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Sumatera Selatan 2025, yang akan digelar Oktober mendatang di Sekayu.
“Dari kejuaraan ini, kita bisa memetakan bibit-bibit unggul yang siap berlaga di Porprov. Ini penting untuk memastikan Muba tetap berada di puncak pencak silat Sumatera Selatan,” jelasnya.
Tak hanya berhenti di panggung kompetisi, komitmen Pemkab Muba terhadap pelestarian pencak silat juga ditunjukkan melalui pembangunan Padepokan Pencak Silat Muba. Fasilitas ini ditargetkan rampung tahun ini dan akan menjadi pusat pembinaan, pelatihan, dan pengembangan pencak silat di Bumi Serasan Sekate.
“Padepokan ini bukan hanya gedung, tapi simbol kebanggaan dan rumah bersama bagi seluruh pendekar Muba. Kami ingin pencak silat hidup tidak hanya sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai gaya hidup anak muda,” kata Heri.
Di tengah gempuran budaya populer modern, kehadiran kejuaraan semacam ini adalah upaya menjaga jati diri. Pencak silat bukan hanya tentang tendangan atau jurus. Ia adalah warisan nilai, disiplin, spiritualitas, serta penghormatan terhadap sesama.
Kejuaraan Bupati Cup III ini adalah refleksi bahwa di Muba, olahraga tumbuh bukan hanya dari fisik, tetapi juga dari jiwa. Dan di balik setiap sabetan langkah dan tangkisan para pesilat muda, ada semangat menjaga identitas bangsa—serta menyongsong masa depan yang lebih kokoh, berkarakter, dan bermartabat.