- Oleh MC KAB AGAM
- Senin, 25 Agustus 2025 | 15:07 WIB
:
Oleh MC KAB AGAM, Kamis, 3 Juli 2025 | 11:14 WIB - Redaktur: Pasha Yudha Ernowo - 268
Agam, Infopublik — Kabupaten Agam kembali menorehkan prestasi dalam dunia pertanian nasional. Dalam webinar nasional “Bincang Tani Seru” yang mengusung tema "Sawah Pokok Murah Mendukung Swasembada Beras", Bupati Agam Benni Warlis tampil sebagai narasumber utama, menyampaikan kisah sukses dan inovasi lokal yang kini menjadi perhatian nasional.
Webinar yang digelar secara daring ini diikuti oleh kepala daerah dari berbagai penjuru Indonesia, serta dihadiri dinas pertanian, akademisi, penyuluh, dan pelaku sektor pangan. Hadir pula narasumber dari Kementerian Pertanian RI dan tokoh inisiator konsep Sawah Pokok Murah (SPM), Djoni.
Bupati Benni menjelaskan bahwa SPM bukan sekadar metode tanam, melainkan gerakan pemberdayaan petani. Sistem ini menggabungkan tiga pendekatan: MTOT (Mulsa Tanpa Olah Tanah), SRI (System of Rice Intensification), dan Jajar Legowo, yang terbukti mampu menekan biaya produksi dan tetap menghasilkan panen maksimal.
“SPM adalah solusi pertanian cerdas: hemat biaya, mudah diaplikasikan petani, dan ramah lingkungan. Ini bukan teori — ini sudah terbukti di lapangan,” ujar Bupati Benni penuh semangat dari Ruang Rapat Bupati Agam di Lubuk Basung, Senin (30/6/2025).
Melalui Sekolah Lapang (SL), konsep SPM kini telah menyebar ke 87 dari 92 nagari, dengan 107 lokasi demplot, memanfaatkan Dana Desa, APBD, dan swadaya petani.
Hasil di lapangan berbicara: Poktan Tuah Sakato (Baso): 9,5 ton/ha, Poktan Galundi (Banuhampu): 8,2 ton/ha, dan Poktan Bundo Kanduang (Baso): 8,0 ton/ha
Dari sisi ekonomi, metode MT2 pada SPM mampu memangkas biaya produksi menjadi Rp1,9 juta/1.000 m², dengan keuntungan bersih Rp4,6 juta dan B/C Ratio 2,45 — indikator kelayakan usaha yang sangat tinggi.
Namun, bukan hanya angka yang membanggakan. Konsep SPM juga menghidupkan kembali ekosistem sawah, memperbanyak keanekaragaman hayati seperti mikroorganisme tanah, laba-laba, capung, hingga ikan dan belut — semua memberi nilai tambah bagi petani.
Bupati Benni menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah mendukung gerakan ini — dari jajaran OPD, camat, walinagari, penyuluh, hingga petani-petani yang telah membuka diri terhadap inovasi.
“SPM dan Sekolah Lapang adalah gerakan dari nagari untuk negeri. Inilah bentuk nyata kontribusi Agam bagi Asta Cita, RPJMN 2025–2029, dan Visi Indonesia Emas 2045,” tutupnya.
Dengan pencapaian ini, Kabupaten Agam dinilai layak menjadi model nasional dalam pengembangan pertanian berbasis efisiensi, keberlanjutan, dan kearifan lokal — langkah nyata menuju swasembada beras dan ketahanan pangan Indonesia yang berkeadilan. (MC Agam/Tori)