- Oleh MC KAB MALUKU TENGGARA
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 23:27 WIB
:
Oleh MC KAB LUMAJANG, Rabu, 9 Juli 2025 | 12:08 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 1K
Lumajang, InfoPublik — Ketahanan pangan bukan lagi semata-mata soal tanam dan panen. Di tengah cuaca yang kian sulit diprediksi dan hujan yang tak menentu, masyarakat mulai menyadari bahwa menjaga ekosistem penunjang pertanian menjadi sama pentingnya dengan aktivitas budidaya itu sendiri.
Maka, warga Dusun Krajan, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, bergotong royong membersihkan parit sepanjang 825 meter yang mengalir di kanan-kiri jalan dusun.
“Warga makin paham, ketahanan pangan tidak cukup hanya mengolah tanah dan menanam. Menjaga saluran air seperti ini justru pondasi awalnya. Kalau parit tersumbat, air bisa menggenangi sawah dan merusak tanaman. Apalagi sekarang musim hujan tak bisa ditebak,” ujar Kepala Dusun Krajan, Suwono, di Dusun Krajan, Rabu (9/7/2025).
Pernyataan Suwono mencerminkan transformasi cara pandang masyarakat desa terhadap ketahanan pangan. Di tengah tantangan perubahan iklim, mereka tidak hanya bergantung pada hasil panen semata, tetapi juga mulai fokus pada keberlangsungan sistem pendukung, termasuk drainase dan irigasi.
Kerja bakti ini dilakukan secara manual menggunakan alat-alat sederhana seperti cangkul dan sabit. Lumpur, sampah, serta sedimen yang menyumbat aliran parit diangkat dan dibersihkan. Meskipun terlihat sederhana, kegiatan ini berdampak besar bagi produktivitas pertanian warga.
Di sisi lain, Babinsa Koramil 0821-09/Candipuro, Serda Moh. Turmudzi Abdullah, menegaskan bahwa keterlibatan TNI dalam kegiatan tersebut adalah bagian dari pendampingan teritorial, sekaligus wujud kepedulian terhadap ketahanan pangan berbasis desa.
“Kami ingin mengajak warga menjaga lingkungan mereka sendiri. Kalau saluran air bersih, sawah tidak tergenang, panen bisa lebih optimal. Ini bagian dari pertahanan non-militer yang mendukung ketahanan nasional,” ujarnya.
Kegiatan ini juga menjadi ruang belajar kolektif. Banyak warga yang sebelumnya memandang urusan saluran air sebagai hal kecil, kini mulai melihatnya sebagai faktor penentu keberhasilan pertanian.
Langkah kecil ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan sejati dimulai dari perubahan kesadaran. Tanah subur tidak akan berarti tanpa sistem air yang berfungsi, dan panen tidak akan berhasil tanpa lingkungan yang terjaga.
Apa yang dilakukan warga Desa Jugosari hari ini adalah refleksi dari masa depan desa-desa produktif di Indonesia yang tidak hanya bertumpu pada hasil, tetapi juga pada upaya merawat proses sejak awal.
(MC Kab. Lumajang/Pendim 0821/Wy/An-m)