- Oleh MC KAB HULU SUNGAI UTARA
- Rabu, 30 Juli 2025 | 20:44 WIB
: Pelatihan Kreasi Anyaman Purun dalam rangka Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS), di Kantor Desa Sungai Limas, Kecamatan Haur Gading, Senin (21/7/2025)/ MC HSU.
Oleh MC KAB HULU SUNGAI UTARA, Senin, 21 Juli 2025 | 22:01 WIB - Redaktur: Jhon Rico - 134
Amuntai, InfoPublik- Bunda Literasi Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Murniati Sahrujani, menegaskan bahwa transformasi perpustakaan saat ini bukan lagi semata-mata tentang koleksi buku, melainkan bagaimana perpustakaan hadir sebagai ruang pemberdayaan masyarakat melalui akses pengetahuan dan keterampilan.
Hal ini disampaikan Murniati saat membuka kegiatan Pelatihan Kreasi Anyaman Purun dalam rangka Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS), yang digelar Dinas Perpustakaan Kabupaten HSU di Kantor Desa Sungai Limas, Kecamatan Haur Gading, Senin (21/7/2025).
“Pelatihan anyaman purun ini adalah bukti nyata bahwa perpustakaan mampu menjadi pusat belajar yang relevan dengan kebutuhan masyarakat kita,” kata dia.
Menurut dia, keterampilan dalam menganyam purun tidak hanya sebatas menghasilkan kerajinan tangan, tetapi juga bisa menjadi peluang ekonomi baru yang berkelanjutan bagi masyarakat lokal.
“Saya mengajak kepada semua peserta untuk mengikuti pelatihan ini dengan semangat, fokus, dan terbuka pada ilmu baru. Jangan ragu untuk bertanya, mencoba, dan berbagi pengalaman. Jadikan kegiatan ini sebagai langkah awal untuk meningkatkan kemandirian ekonomi dan rasa percaya diri,” ujar dia.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Perpustakaan HSU, Moch Arifil menjelaskan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari agenda strategis nasional, yakni Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS), yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui literasi keterampilan.
“Kita mempunyai nilai seperti dalam anyaman purun, maka itu melalui kegiatan pelatihan ini agar dimanfaatkan guna menambah skill, baik teknik penganyaman maupun pemasarannya,” jelas dia.
Ia juga menambahkan bahwa literasi berbasis inklusi sosial telah menjadi arah kebijakan perpustakaan nasional, yang mengembangkan literasi tidak hanya dari aspek membaca dan menulis, tetapi juga melalui penguatan sosial dan budaya masyarakat setempat.
“Literasi berbasis inklusi sosial akan menyesuaikan dengan keadaan, kultur masyarakat dan masing-masing daerah sehingga dapat memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat,” kata dia.
(Diskominfosandi/Prokopim)