- Oleh MC KAB MALUKU TENGGARA
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 23:27 WIB
: Peserta Sail to Indonesia 2025 Terpesona Budaya & Kuliner Eksotis Pulau Kei: Kenangan Tak Terlupakan. Foto : Opi
Oleh MC KAB MALUKU TENGGARA, Sabtu, 26 Juli 2025 | 15:22 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 428
Langgur, InfoPublik – Rangkaian kegiatan Wonderful Sail to Indonesia 2025 yang berlangsung di Pantai Ngiar Varat, Ohoidertawun, Kabupaten Maluku Tenggara, menghadirkan pengalaman tak terlupakan bagi para wisatawan mancanegara. Peserta diajak menikmati kekayaan budaya serta kelezatan kuliner khas Pulau Kei.
Pasangan wisatawan asal Swedia, Anna Judith Gunilla Ullman, mengaku terkesan dengan sambutan hangat masyarakat dan keunikan tradisi lokal yang mereka saksikan langsung di Desa Disuk, Kecamatan Kei Kecil Timur.
"Ini pengalaman paling berkesan! Kami disambut tarian dan lagu, lalu mencicipi makanan lezat. Sungguh tak terlupakan!" ujar Gunilla penuh antusias di Pantai Ngiar Varat, Jumat (25/7/2025).
Selama kegiatan, para peserta menyaksikan proses pembuatan enbal olahan khas dari singkong dan ikan abon, dari tahap awal hingga siap disantap. Mereka juga mengunjungi stan kerajinan tangan, tempat Anders tertarik pada gelang yang terbuat dari akar bahar.
Pemandu wisata, Sophia M. Rahajaan, menjelaskan bahwa kunjungan ke Desa Isso, Wain Baru, dan Disuk dirancang untuk memberikan pengalaman wisata budaya yang menyeluruh.
"Kami menyajikan paket lengkap dari mulai kerajinan tangan, kuliner, hingga pertunjukan budaya yang memukau," ujarnya.
Kegiatan dibuka dengan lokakarya Eco Print di Desa Isso, tempat peserta belajar menghias kain menggunakan daun alami. Hasil karya mereka dibawa pulang sebagai cendera mata.
Setelah berkreasi, para tamu menikmati makan siang istimewa berupa ikan bakar, cumi, sayur sir-sir, enbal bubuhuk, dan nasi putih. Perjalanan dilanjutkan ke Wain Baru, diiringi tarian dan musik tradisional.
Di sana, peserta menyaksikan proses pengolahan makanan tradisional sambil menikmati hasil laut. Anak-anak setempat juga menampilkan Tarian Samra yang memukau penonton.
Rombongan kemudian bertolak ke Desa Disuk melalui jalur laut, dan disambut oleh dua perahu tradisional yang menyajikan ngatun siput laut khas Kei sebagai bagian dari pengalaman kuliner di atas laut.
"Di Disuk, kami disambut dengan tarian dan lagu tradisional, benar-benar meriah!" kata Sophia. Peserta juga berkesempatan membeli kerajinan lokal, seperti gelang akar bahar yang menjadi favorit para tamu.
Acara ditutup pada malam hari dengan makan malam bersama yang diiringi lagu-lagu khas Kei dan dansa kolosal, menciptakan suasana hangat dan penuh persahabatan antara masyarakat dan para wisatawan.
"Ini bukan sekadar kunjungan, melainkan pertukaran budaya yang menghangatkan hati," pungkas Sophia.
(MC. Maluku Tenggara/Adolof Labetubun)