- Oleh MC KAB MALUKU TENGGARA
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 23:27 WIB
:
Oleh MC KAB LUMAJANG, Sabtu, 2 Agustus 2025 | 08:32 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 554
Lumajang, InfoPublik – Di tengah tantangan kompleks sektor pangan nasional, mulai dari fluktuasi harga beras hingga maraknya penyalahgunaan gula rafinasi, Perkumpulan Petani Pangan Nasional (P3NA) hadir sebagai gerakan akar rumput yang membawa semangat perubahan.
Organisasi ini tidak hanya mewadahi aspirasi petani, tetapi juga aktif menyuarakan kepentingan mereka di ruang-ruang kebijakan. Ketua DPD P3NA Jawa Timur, Iskhak Subagio, menegaskan bahwa P3NA lahir dari kegelisahan petani yang selama ini sering menjadi objek, bukan subjek, dalam sistem pangan nasional.
“Tujuan kami jelas: memperjuangkan ketahanan pangan nasional dengan menjadikan petani sebagai pusat strategi,” ujarnya saat menjadi narasumber talkshow Jelita di LPPL Radio Suara Lumajang, Kamis (31/7/2025).
Iskhak menilai langkah konkret perlu segera dilakukan pemerintah untuk memperkuat distribusi beras ke pasar tradisional. Distribusi yang merata dan efisien diyakini dapat menekan lonjakan harga serta menjaga daya beli masyarakat.
“Jika semua pemangku kepentingan bergerak bersama, pencapaian swasembada bukan hanya mimpi, tapi keniscayaan,” tandasnya.
P3NA juga menekankan pentingnya sinergi antara petani, pemerintah, dan sektor swasta untuk mempercepat swasembada pangan, khususnya pada komoditas strategis seperti padi dan tebu yang kerap dipengaruhi dinamika pasar global.
Menurut Iskhak, masih banyak petani di desa yang belum memiliki akses informasi memadai tentang program pertanian pemerintah. Karena itu, salah satu misi utama P3NA adalah mengidentifikasi permasalahan riil di lapangan dan menyampaikannya secara sistematis kepada pembuat kebijakan.
“Kami hadir bukan untuk menuntut, tapi untuk menyambungkan suara petani kepada negara,” tegasnya.
P3NA memposisikan diri sebagai mitra strategis pemerintah, bukan pihak oposisi. Dukungan terhadap kesejahteraan petani, menurut Iskhak, bukan hanya soal bantuan pupuk atau subsidi benih, tetapi transformasi sistemik: mulai dari akses pasar, penetapan harga yang adil, hingga perlindungan dari praktik tengkulak.
Ke depan, P3NA berencana memperluas kerja sama dengan pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan media lokal untuk memperkuat literasi pertanian serta kesadaran pangan masyarakat.
“Ketahanan pangan bukan tanggung jawab petani saja. Ini soal hajat hidup seluruh rakyat Indonesia,” pungkas Iskhak.
(MC Kab. Lumajang/Bob/An-m)