- Oleh MC KAB MALUKU TENGGARA
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 23:27 WIB
: Wakil Bupati Buleleng Gede Supriatna memanen/menumbuk varietas padi Semeton Buleleng pada panen perdana di Balai Benih Unggulan Desa Tangguwisia, Kecamatan Seririt, Minggu (3/8/2025).
Oleh MC KAB BULELENG, Minggu, 3 Agustus 2025 | 20:28 WIB - Redaktur: Eko Budiono - 164
Buleleng, InfoPublik - Kabupaten Buleleng menorehkan sejarah baru dalam upaya mewujudkan kedaulatan pangan berbasis potensi lokal.
Pada Minggu (3/8/2025), digelar panen perdana varietas padi unggulan lokal"Semeton Buleleng" di Balai Benih Unggulan Desa Tangguwisia, Kecamatan Seririt. Acara ini bukan sekadar seremonial, melainkan bukti nyata komitmen pemerintah daerah dalam mencapai swasembada pangan.
Wakil Bupati Buleleng, Gede Supriatna, menyatakan bahwa varietas padi unggulan lokal Semeton Buleleng, yang dikembangkan khusus menyesuaikan kondisi lahan dan geografis Buleleng, merupakan kunci mencapai target produksi gabah kering giling tahun 2025 sebesar 110.132,4 ton.
"Hingga Juli 2025, capaian kita sudah 60.026 ton. Ini memberi keyakinan target akhir tahun terpenuhi," ujarnya di tengah hamparan padi menguning.
Supriatna juga menyinggung strategi penting di luar produksi: hilirisasi.
"Kita dorong penggilingan beras (RMU) lokal bekerja maksimal agar hasil panen tak diekspor mentah ke daerah lain lalu didatangkan kembali sebagai beras mahal. Praktik itu merugikan ekonomi Buleleng," tegasnya.
Kepala Dinas Pertanian Buleleng, Gede Melandrat, mengatakan keunggulan teknis varietas padi unggulan lokal itu.
Semeton Buleleng memiliki adaptasi tinggi di lahan marginal Buleleng dan dirancang tahan hama burung berkat bentuk daunnya yang tegak mengarah ke langit.
"Hal ini menyulitkan burung untuk bertengger," kata Melandrat.
Hasil ubinan perdana menunjukkan angka menjanjikan, yaitu 5,7 ton per hektar, mendekati target ideal enam ton. Keunggulan lainnya adalah ketahanan terhadap rebah (lodging) dan kemampuan ditanam pada musim tanam kedua (MK II), periode di mana varietas populer seperti Inpari 32 kesulitan akibat kebutuhan air tinggi.
Uji adaptasi varietas padi unggulan lokal itu telah dilakukan secara simultan di tiga titik yang mewakili karakteristik wilayah Buleleng: Desa Alasangker (tengah), Buleleng Kota, dan Giri Emas (timur). Melandrat menyebut kolaborasi erat antara peneliti, petani, dan dinas provinsi menjadi krusial dalam perancangan varietas yang memberi pilihan baru bagi petani ini. Komitmen pemerintah tidak berhenti pada produksi.
"Kami akan dampingi petani memastikan irigasi lancar, alat mesin pertanian (alsintan) tersedia, dan RMU beroperasi optimal. Hilirisasi adalah tantangan terberat. Produksi melimpah tak berarti jika tanpa kemampuan olah gabah lokal," tegas Melandrat.
Kehadiran Semeton Buleleng diharapkan melengkapi, bukan bersaing negatif, dengan varietas eksisting seperti Inpari 32 (unggul di musim hujan) atau Cierang (tahan kekeringan).
Benih unggulan itu akan didistribusikan melalui unit usaha seperti Perumda Swantara atau koperasi guna memperkuat ekosistem perbenihan lokal. (MC Kab. Buleleng/dra)