- Oleh MC KOTA PALEMBANG
- Kamis, 7 Agustus 2025 | 00:20 WIB
: Tari soya-soya yang merupakan tarian tradisional khas Ternate, meriahkan pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-11 Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) di Kota Yogyakarta/ MC Tidore.
Oleh MC KOTA TIDORE, Kamis, 7 Agustus 2025 | 21:21 WIB - Redaktur: Jhon Rico - 114
Ternate, InfoPublik- Tari soya-soya yang merupakan tarian tradisional khas Ternate, memukau para tamu dan penonton dalam pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-11 Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) di Kota Yogyakarta.
Penampilan ini menjadi bagian dari Pasar Malam Indonesia (PMI), yang digelar sebagai rangkaian awal Rakernas JKPI di Taman Budaya Embung Giwangan (TBEG).
Tarian soya-soya dibawakan oleh sanggar seni binaan Muslim Gani, dan berhasil mencuri perhatian pengunjung dengan koreografi yang memadukan unsur sejarah dan semangat perjuangan rakyat Ternate.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Ternate, Muslim Gani, menjelaskan bahwa tarian soya-soya yang ditampilkan merupakan bentuk kreasi tradisional yang menceritakan tiga masa penting dalam sejarah Ternate, yaitu masa lalu, masa kini, dan masa depan.
“Ternate masa lalu merupakan sebuah daerah berbentuk kerajaan yang dipimpin oleh seorang Sultan. Saat itu, Ternate terkenal akan rempah-rempah, terutama cengkih dan pala, sehingga dikenal sebagai kepulauan rempah-rempah atau Spice Island,” ujar Muslim Gani di Yogyakarta, Rabu (6/8/2025).
Ia menjelaskan bahwa masa kejayaan Kerajaan Ternate mencapai puncaknya pada abad ke-16, khususnya di bawah pemerintahan Sultan Baabullah. Kala itu, Ternate menjadi pusat perdagangan rempah-rempah sekaligus kekuatan maritim yang dominan di kawasan timur Nusantara.
“Kondisi inilah yang memungkinkan bangsa Eropa melakukan perluasan kekuasaan atas wilayah Kesultanan Ternate. Hal ini berdampak pada masuknya pengaruh budaya Barat, termasuk dalam seni tari, seperti tarian katreji,” jelasnya.
Namun, lanjut Muslim, masyarakat Ternate tidak tinggal diam. Mereka melakukan perlawanan dan mengusir penjajah melalui semangat juang yang juga tercermin dalam tarian soya-soya.
“Masyarakat Ternate pantang menyerah mengusir penjajah dengan seni tari yang dinamakan tarian soya-soya,” kata dia.
Tarian soya-soya, menurut Muslim, memiliki gerakan khas yang mencerminkan strategi bertempur, seperti menyerang, mengelak, dan bertahan, layaknya sedang berada di medan perang.
Ia juga menambahkan bahwa seiring perkembangan zaman, Kota Ternate terus mengalami kemajuan, baik dari sisi infrastruktur maupun kebudayaan.
Dalam konteks kekayaan sejarahnya, Ternate kini mengusung city branding “Ternate Kota Rempah”, sebagai bentuk penghormatan atas peran sentral kota ini dalam perdagangan rempah pada masa silam.
“Saat ini eksistensi komunitas sebagai wadah upaya ketahanan budaya menjamur subur di tengah derasnya arus modernisasi di Kota Ternate,” ujar Muslim Gani.
PMI sendiri berlangsung pada 5–9 Agustus 2025, dan diikuti puluhan delegasi dari berbagai kota anggota JKPI yang menampilkan ragam budaya, kuliner, serta kreativitas khas daerah masing-masing.
(MC Tidore)