- Oleh MC KAB MALUKU TENGGARA
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 23:27 WIB
: Mahasiswa KKN UGM-UNPATTI Lanjutkan Pengabdian Meski Kehilangan Dua Rekan. Foto:Harry
Oleh MC KAB MALUKU TENGGARA, Rabu, 13 Agustus 2025 | 21:23 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 457
Langgur, InfoPublik — Kisah haru dan penuh inspirasi menyelimuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (PPM) yang dijalankan oleh 27 mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) dan 5 mahasiswa Universitas Pattimura (UNPATTI) di Kecamatan Manyeuw, Kabupaten Maluku Tenggara (Malra).
Di tengah pelaksanaan program, mereka harus kehilangan dua rekan tercinta: Septian Eka Rahmadi dan Bagus Adi Prayogo.
Dosen pembimbing lapangan, Raden Ajeng Antari Innaka Turingsih, dengan suara terbata-bata, mengenang momen saat menerima kabar duka tersebut.
“Seminggu setelah kedatangan kami, saya menerima telepon dari mahasiswa yang menangis, mengabarkan bahwa Eka telah meninggal dunia,” ucap Antari saat memberikan sambutan perpisahan di Desa Rumadian, Selasa (12/8/2025).
Tak lama berselang, duka kembali menyelimuti rombongan ketika Bagus dikabarkan hilang. Meski pencarian resmi oleh BASARNAS dijadwalkan keesokan harinya, masyarakat setempat segera bergerak tanpa menunggu.
“Warga langsung mengorganisir pencarian meski malam sudah larut. Solidaritas mereka sungguh menggetarkan hati,” tutur Antari.
Setelah proses pemulangan jenazah dua mahasiswa, Antari memberikan pilihan kepada para peserta untuk kembali ke kampus atau melanjutkan program. Namun jawaban mereka sungguh menginspirasi.
“Mereka bilang, ‘Kami belum selesai. Perjuangan ini harus terus berjalan’,” kenangnya.
Dengan semangat yang makin kuat, para mahasiswa berhasil menyelesaikan 18 program kerja di dua ohoi (desa): Debut dan Rumadian. “Mereka bekerja melebihi ekspektasi. Ini adalah bukti nyata kekuatan kolaborasi antara mahasiswa dan masyarakat,” tegas Antari.
“Saya pulang membawa 27 anak. 25 secara fisik, dua lainnya Eka dan Bagus akan selalu bersama kami dalam kenangan,” ucapnya.
Perwakilan mahasiswa, Rama Ruwasti, juga menyampaikan rasa terima kasih dan penghormatan mendalam. Mereka berada di Manyeuw selama hampir 50 hari dan menjalankan beragam program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.
“Kami datang sebagai tamu, tapi disambut seperti keluarga,” kata Rama.
Ia menekankan bahwa kehadiran mereka tidak hanya soal program kerja, tetapi juga tentang membangun kebersamaan dan gotong royong.
“Festival Pesona Manyeuw 2025 bukan sekadar seremoni Garuda Indonesia, tapi simbol kebersamaan dan kekuatan kolektif,” tambahnya.
Rama juga mengakui adanya kekurangan dalam pelaksanaan program, namun berharap bahwa apa yang telah mereka tanamkan menjadi awal dari perubahan yang berkelanjutan.
Ia menyampaikan apresiasi kepada seluruh mitra dan pihak pendukung, termasuk Kementerian PUPR, OMK, Remaja Masjid, aparat Ohoi, Camat, hingga Pemerintah Daerah.
“Eka dan Bagus bukan hanya rekan, tapi motivator kami. Semangat mereka menyertai kami hingga akhir,” tutup Rama dengan penuh haru.
(MC.Maluku Tenggara/Adolof Labetubun)