- Oleh MC KAB NAGAN RAYA
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 23:20 WIB
:
Oleh MC KAB LUMAJANG, Jumat, 15 Agustus 2025 | 02:25 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 6K
Lumajang, InfoPublik – Di tengah keberagaman agama dan budaya dari Sabang hingga Merauke, peran generasi muda dalam menjaga toleransi menjadi salah satu pilar utama dalam memperkuat persatuan bangsa. Energi, kreativitas, dan kemampuan adaptasi menjadikan pemuda sebagai agen strategis dalam merawat harmoni sosial, khususnya di era disrupsi informasi yang penuh tantangan.
Ketua Komisi A DPRD Lumajang, Reza Hadi Kurniawan, menyampaikan bahwa pemuda tidak boleh hanya menjadi penonton, tetapi harus menjadi aktor utama dalam menjembatani perbedaan dan memperkuat kerukunan antarumat beragama.
“Kita harus menanamkan rasa toleransi antarumat beragama, khususnya kepada para pemuda, agar tetap menjaga kearifan lokal sekaligus memperkuat nilai hidup berdampingan secara damai,” kata Reza dalam talkshow Jelita yang disiarkan LPPL Radio Suara Lumajang, Kamis (14/8/2025).
Menurut Reza, toleransi harus diwujudkan dalam aksi konkret, bukan hanya dalam wacana. Kegiatan seperti bakti sosial lintas agama, peringatan hari besar keagamaan secara bersama, hingga program pertukaran budaya dapat membangun solidaritas sosial dan mengikis prasangka yang masih ada.
“Jika nilai toleransi berhasil terinternalisasi di kalangan pemuda, maka akan terbentuk kekuatan sosial yang mendorong perdamaian, keadilan, dan persatuan nasional,” tegasnya.
Senada dengan itu, Zainul Arifin, akademisi sekaligus penggiat Generasi Muda Antar Umat Beragama (Gema Utama) dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Lumajang, menilai bahwa pemuda memiliki keunggulan dalam hal adaptasi terhadap perubahan zaman.
“Pemuda lebih piawai dalam memanfaatkan platform digital untuk menyebarkan pesan-pesan damai, menangkal ujaran kebencian, dan membangun narasi persatuan,” jelas Zainul.
Ia menekankan pentingnya membangun jejaring komunitas lintas agama, organisasi kepemudaan, dan kanal media untuk memperluas gerakan toleransi. Menurutnya, persatuan bangsa bukan hasil kerja satu pihak, tetapi buah dari kolaborasi berkelanjutan seluruh elemen masyarakat.
“Toleransi dan kerukunan harus ditanamkan sejak dini. Tanpa itu, fondasi persatuan bangsa akan mudah rapuh,” tutup Zainul.
Pernyataan kedua tokoh ini menegaskan bahwa membangun toleransi adalah langkah strategis dan mutlak bagi keberlangsungan Indonesia sebagai negara yang plural. Di tengah tantangan global seperti radikalisme dan disinformasi, keterlibatan pemuda sebagai agen perdamaian menjadi investasi sosial jangka panjang yang sangat berharga.
(MC Kab. Lumajang/Bob/An-m)