- Oleh MC KAB MALUKU TENGGARA
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 23:27 WIB
:
Oleh MC KAB LUMAJANG, Kamis, 28 Agustus 2025 | 12:25 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 1K
Lumajang, InfoPublik – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang terus berkomitmen memperkuat ketahanan pangan daerah dan mengendalikan inflasi dengan menjadikan cabai sebagai komoditas prioritas.
Bupati Lumajang, Indah Amperawati, menegaskan bahwa cabai adalah komoditas strategis yang kerap menjadi pemicu fluktuasi harga pangan dan inflasi daerah. Karena itu, pemerintah harus memastikan keberlanjutan produksi, kestabilan pasokan, serta akses pasar yang lebih baik bagi petani.
“Cabai ini komoditas yang sangat berpengaruh pada ekonomi rumah tangga. Jika harganya melonjak, beban masyarakat ikut meningkat. Karena itu, kita harus membangun kawasan cabai agar petani makin produktif, pasokan terjamin, dan harga tetap terkendali,” tegas Indah saat memberikan bantuan kepada Kelompok Tani Klumprit Jaya di Desa Sumbersuko, Kecamatan Sumbersuko, pada Rabu (27/8/2025).
Menurut data Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Lumajang, hingga Juli 2025 produksi cabai rawit telah mencapai 44.725 kwintal dari lahan seluas 2.151 hektare. Data ini menunjukkan bahwa Lumajang memiliki posisi penting sebagai salah satu sentra cabai rawit di Jawa Timur.
Namun, gejolak harga tetap menjadi tantangan. Pada Agustus 2024, harga cabai rawit merah di pasar tradisional Lumajang sempat mencapai Rp61.000 per kilogram. Bahkan secara nasional, pada Maret 2025 harga rata-rata cabai rawit merah mencapai Rp85.482 per kilogram, atau hampir 50 persen di atas Harga Acuan Penjualan (HAP) yang ditetapkan pemerintah.
Fakta ini memperlihatkan bahwa program kawasan cabai bukan hanya berfokus pada peningkatan produksi, tetapi juga menjadi strategi penting untuk mengendalikan inflasi daerah dan melindungi daya beli masyarakat.
Langkah Pemkab Lumajang membangun kawasan cabai pada dasarnya merupakan bagian dari strategi besar menuju kedaulatan pangan daerah. Pemkab ingin memastikan kebutuhan pangan masyarakat dapat dipenuhi dari produksi lokal sehingga lebih tahan terhadap guncangan harga di tingkat nasional maupun global.
“Kalau petani kuat, pangan aman, dan harga terkendali, maka ketahanan ekonomi keluarga juga semakin kokoh. Inilah tujuan besar dari program ini,” kata Indah.
Selain itu, program ini juga memperkuat kelembagaan petani. Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Lumajang, Hendra Suandaru, menjelaskan bahwa melalui pengembangan kawasan cabai, kelompok tani dapat mengelola lahan secara kolektif, memperoleh akses bantuan pemerintah, hingga menjalin kemitraan pemasaran.
“Dengan kelembagaan yang kuat, petani bisa lebih siap menghadapi kebutuhan pasar. Mereka tidak hanya memproduksi, tetapi juga dapat bernegosiasi dalam rantai distribusi. Itu artinya petani lebih mandiri, dan desa memiliki ekonomi yang lebih kokoh,” jelas Hendra.
(MC Kab. Lumajang/Tomi/An-m)