- Oleh MC KAB MALUKU TENGGARA
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 23:27 WIB
: Wisuda dan Pentas Seni TK Santo Yakobus Perumnas Langgur. Foto : Revo
Oleh MC KAB MALUKU TENGGARA, Selasa, 17 Juni 2025 | 16:48 WIB - Redaktur: Tri Antoro - 273
Langgur, InfoPublik – Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Maluku Tenggara (Malra), Bernadus Rettob, menegaskan pentingnya keterlibatan aktif orang tua dalam mendampingi tumbuh kembang anak secara berkelanjutan, tidak hanya pada momen seremonial seperti wisuda atau pentas seni.
Pernyataan tersebut disampaikan Bernadus Rettob saat menghadiri acara Wisuda dan Pentas Seni TK Santo Yakobus Perumnas Langgur yang digelar di Ballroom Aurelia Kimson Center, Kabupaten Maluku Tenggara, Senin (16/6/2025).
Rettob secara lugas mengkritik kebiasaan sebagian orang tua yang hanya hadir pada acara-acara formal, namun lalai mengawasi keseharian anak.
“Jangan hari ini kita hadir untuk seremoni, lalu besok lupa. Kalau jam 10 malam anak belum pulang, apalagi sampai jam 3 pagi, itu tanda kelalaian orang tua,” tegasnya di hadapan orang tua, guru, dan tamu undangan.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada TK Santo Yakobus yang telah konsisten selama lebih dari dua dekade berkontribusi dalam pendidikan anak usia dini di Maluku Tenggara.
Rettob menilai bahwa filosofi nama "Santo Yakobus", yang dikenal sebagai sosok sederhana dan penjala manusia, sejalan dengan semangat pendidikan inklusif melayani anak-anak dari latar belakang guru, TNI, Polri, petani, hingga nelayan.
Lebih lanjut, Rettob menyoroti pentingnya pendidikan formal sebagai syarat mutlak untuk bersaing di masa depan.
“Prestasi saja tidak cukup. Harus dibuktikan dengan ijazah. Sekarang, minimal harus sarjana (S1) kalau mau jadi pejabat strategis, termasuk Sekda,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa anak-anak dari keluarga tidak mampu harus mendapat perhatian khusus agar tidak kalah bersaing dengan anak pejabat atau ASN.
Dalam kesempatan tersebut, Rettob juga mengumumkan program inovatif Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara yang akan diluncurkan pada tahun 2025: Sekolah Rakyat (SR). Model sekolah ini akan menggunakan sistem asrama seperti seminari dan seluruh kebutuhan hidup siswa dari mulai makan, pakaian, dan sepatu akan ditanggung oleh pemerintah.
“Sekolah Rakyat akan jadi pesaing sekolah swasta. Kalau yayasan tidak berbenah, bisa-bisa kalah bersaing,” tegasnya.
Di akhir sambutan, Rettob menegaskan kembali bahwa pendidikan dan kesehatan adalah urusan wajib negara yang tidak bisa ditawar. Program Sekolah Rakyat ini dinilai sebagai langkah strategis dalam meningkatkan akses pendidikan berkualitas, terutama bagi anak-anak dari keluarga marginal di Maluku Tenggara.
“Kalau anak tidak sekolah, masa depannya suram. Belajar harus nomor satu,” pungkasnya.
MC.Maluku Tenggara/Adolof Labetubun