- Oleh MC KAB MALINAU
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 15:11 WIB
: Menteri Luar Negeri Sugiono saat rapat kerja dengan Komisi I DPR RI di kompleks parlemen, Jakarta, Senin (30/6/2025). (ANTARA/Asri Mayang Sari)
Oleh Eko Budiono, Selasa, 1 Juli 2025 | 16:45 WIB - Redaktur: Kristantyo Wisnubroto - 330
Jakarta, InfoPublik - Sumbangan 10 ribu ton beras dari Indonesia untuk warga Palestina menghadapi kendala karena akses masuk bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut sangat terbatas.
Hal tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Sugiono, melalui keterangan resmi, saat rapat kerja dengan Komisi I DPR RI di kompleks parlemen, Jakarta, Senin (30/6/2025).
"Akan dikirimkan segera namun masalahnya jalur masuk untuk bantuan kemanusiaan sangat terbatas. Beberapa kali sudah disampaikan harus dibuka jalan seluas-luasnya bagi bantuan karena ini isu kemanusiaan," kata Sugiono.
Sugiono menegaskan, bahwa pangan tidak boleh dijadikan senjata untuk menekan.
Menurut Sugiono, Indonesia masih tetap konsisten dalam perjuangannya mendukung kemerdekaan negara Palestina karena itu merupakan amanat konstitusi yang tidak dapat ditinggalkan.
Sejak 2023, katanya, Indonesia telah melakukan berbagai upaya dalam mendukung kemerdekaan Palestina di antaranya menjadi co-chair bersama Italia untuk membahas isu keamanan bagi Palestina dan sebagai salah satu co-sponsor resolusi PBB soal kondisi Gaza dalam rangka menggalang dukungan dari berbagai negara untuk bisa mengakui kemerdekaan Palestina.
"Indonesia juga meningkatkan kontribusi tahunan kepada UNRWA, yang mencapai 600 persen yakni dari 200 ribu dolar AS (sekitar Rp3,2 miliar) menjadi 1,2 juta dolar AS (sekitar Rp19 miliar) pada 2024 dan terus menggalang dukungan terhadap UNRWA atau Badan PBB untuk Pengungsi Palestina di berbagai forum PBB," katanya.
Selain itu, Indonesia juga aktif mendorong pembiayaan inovatif melalui dorongan kerja sama UNRWA dengan lembaga-lembaga badan zakat di Indonesia di antaranya MoU antara Badan Amil Zakat Nasiona (Baznas) dan UNRWA terkait komitmen pendanaan pada 15 Januari 2025.
Sugiono berharap agar kerja sama Baznas dan salah satu badan PBB itu terus berkelanjutan.
Sebelumnya, sejak Maret 2025, Israel memberlakukan pengepungan di Gaza, sehingga memutus pasokan penting termasuk makanan, air, bahan bakar, dan obat-obatan untuk 2,3 juta warga Palestina. Pengepungan itu telah menyebabkan kekurangan pangan yang parah, malnutrisi yang meluas, dan kondisi yang menyerupai kelaparan, dengan banyak anak meninggal karena kelaparan atau penyakit yang dapat diobati yang diperburuk oleh kurangnya bantuan medis.