- Oleh Pasha Yudha Ernowo
- Sabtu, 30 Agustus 2025 | 00:36 WIB
: Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menutup rangkaian Konsolidasi Nasional Pendidikan Dasar dan Menengah 2025 (Foto: Dok Kemendikdasmen)
Oleh Pasha Yudha Ernowo, Rabu, 30 April 2025 | 15:01 WIB - Redaktur: Untung S - 422
Depok, InfoPublik — Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, resmi menutup rangkaian Konsolidasi Nasional Pendidikan Dasar dan Menengah 2025, dengan pesan kuat tentang pentingnya kolaborasi dan kepemimpinan dalam membangun pendidikan bermutu untuk semua.
Mu’ti mengapresiasi seluruh peserta dan panitia atas kontribusi nyata selama tiga hari kegiatan. Ia menekankan bahwa kemajuan pendidikan nasional hanya dapat dicapai melalui gotong royong, visi bersama, dan kerja tim yang solid — yang ia sebut sebagai kekuatan "Superteam", bukan "Superman".
“Indonesia yang berkemajuan hanya bisa diwujudkan lewat pendidikan yang bermutu untuk semua, dan itu tak bisa dikerjakan sendirian. Kita butuh superteam, bukan superman,” ujar Mu’ti di hadapan ratusan peserta dari seluruh Indonesia, Rabu (30/4/2025).
Mu’ti memperkenalkan konsep JK3Ship sebagai landasan gerakan pendidikan masa depan yakni jaringan yang kuat dan bermakna, kolaborasi lintas sektor, partnership yang setara, friendship yang empatik dan Leadership yang berani mengambil risiko.
Konsep ini, menurutnya, menjadi fondasi untuk membentuk ekosistem pendidikan yang saling terhubung, saling mendukung, dan saling memimpin dalam berbagai konteks kebijakan dan implementasi di lapangan.
Salah satu isu strategis yang disoroti adalah sistem penerimaan murid baru (SPMB). Mu’ti menyebut ini sebagai "ujian pertama" bagi komitmen terhadap pendidikan yang adil dan tidak diskriminatif.
“Tak boleh ada satu pun anak Indonesia yang kehilangan hak belajar karena sistem yang kita buat,” tegasnya.
Tak hanya soal sistem, Mu’ti juga menggarisbawahi pentingnya budaya pendidikan yang ramah, adaptif, akuntabel, dan harmonis. Ia berharap semangat ini tak hanya tumbuh di pusat, tapi juga merata hingga level provinsi, kabupaten, dan sekolah.
Suasana penutupan berlangsung hangat dan penuh semangat. Selain diskusi, kegiatan seperti Senam Anak Indonesia Hebat (SAIH) turut menjadi simbol pentingnya pendekatan yang menyenangkan dan inklusif dalam membangun karakter bangsa.
“Senamnya bukan soal benar atau salah, tapi soal bahagia bersama. Itu filosofi pendidikan kita juga,” canda Mu’ti yang disambut tawa peserta.
Konsolidasi ini dinilai sukses mempererat koneksi antarlembaga pendidikan di seluruh Indonesia. Banyak peserta yang membentuk grup diskusi baru, memperluas jejaring, dan berkomitmen menjaga komunikasi pascaacara.
Kementerian berharap kegiatan serupa bisa terus berlanjut pada tahun-tahun mendatang, sebagai bentuk konsistensi dalam merawat semangat kolaborasi demi pendidikan Indonesia yang lebih baik.